Bisnis.com, PEKANBARU—Dinas Perkebunan Riau meminta pemerintah pusat menambahkan cangkang kelapa sawit ke dalam variabel penentu harga tandan buah segar (TBS).
Zulher, Kepala Dinas Perkebunan Riau, mengatakan hingga kini cangkang kelapa sawit belum dihitung dalam penentuan harga TBS. Padahal, perusahaan pengolah komoditas tersebut mendapatkan keuntungan dari cangkang kelapa sawit yang dimanfaatkan secara komersial.
“Seluruh daerah harus mulai mempertimbangkan cangkang kelapa sawit yang sudah dimanfaatkan secara komersial oleh perusahaan ke dalam variabel penentu harga TBS,” katanya di Pekanbaru, Kamis (20/11).
Zulher menuturkan selama ini penetapan harga TBS hanya didasarkan pada minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan palm kernel oil (PKO).
Akibatnya, pemanfaatan cangkang dan limbah cair kelapa sawit yang memiliki nilai ekonomi tidak dapat dirasakan langsung oleh petani.
Menurutnya, perusahaan kelapa sawit dapat memanfaatkan limbah cair untuk biomassa yang digunakan sebagai sumber energi pembangkit listrik, sedangkan cangkangnya dapat diolah menjadi briket pengganti bahan bakar minyak dan batu bara.
“Kami sudah mengusulkan variabel baru dalam penghitungan TBS itu sejak dua tahun lalu. Semoga ini dapat direalisasikan, sehingga dapat meningkatkan nilai jual TBS milik petani,” ujarnya.
Pada periode 19-25 November 2014, harga TBS kelapa sawit dengan usia 10 tahun di Riau tercatat Rp1.708,21 per kilogram, turun Rp14,73 per kilogram dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai Rp1.722,94 per kilogram.
