Bisnis.com, LONDON - Setelah menandatangani kesepakatan pasokan gas dengan Rusia beberapa hari lalu, China diprediksi akan menjadi konsumen minyak terbesar dunia dalam dua dekade ke depan, menggantikan Amerika Serikat.
LaporanWorld Energy Outlookyang dipublikasikan International Energy Agency (IEA) menunjukkan bahwa penggunaan minyak oleh Negeri Tembok Raksasa akan mencapai puncaknya pada 2030 mendatang.
Pertumbuhan permintaan minyak hingga 2040 juga akan terdorong oleh India, Asia Tenggara, Timur Tengah, dan sub-Sahara Afrika, ungkap pernyataan IEA yang mengiringi laporan tersebut, Rabu (12/11/2014).
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa konsumsi negara-negara maju justru akan berangsur menipis. Berkebalikan, konsumsi AS yang sebelumnya pengguna tertinggi pasokan minyak dunia justru diprediksi jatuh ke level terendah dalam satu dekade mendatang, mengingat output minyak Negeri Paman Sam pun tengah berada di level teringgi dalam 30 tahun.
IEA mencatat negara-negara berkembang Asia akan mengonsumsi 60% dari total produksi minyak dunia. Selain AS, negara-negara OECD lain juga diprediksi akan mengurangi penggunaan minyaknya seperti Jerman dan Jepang.
Seperti diketahui, dalam sela-sela pertemuan APEC beberapa hari lalu, Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin menggelar pertemuan bilateral singkat yang dimanfaatkan keduanya untuk menandatangani dokumen mengenai kesepakatan pasokan gas dari Rusia ke China.
Jika segera teralisasikan sesuai rencana yaitu mulai 2017 mendatang, China akan menjadi pengguna terbesar gas Rusia menggantikan Jerman. China memang merupakan pasar prospektif bagi negara-negara eksportir energi, karena selain masih menggenjot industrialisasi, Negeri Panda memiliki kemampuan finansial yang memadai.
Meski demikian, proyeksi tingginya permintaan China belum mampu mengurai kecemasan negara-negara ekportir minyak yang tergabung dalam Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC). Seperti diketahui, harga minyak dunia tengah di level terendahnya, jatuh 25% sejak Juni lalu akibat tidak seimbangnya antara pasokan dan permintaan.
Negara-negara OPEC dikabarkan akan mengadakan pertemuan 27 November mendatang. Sejumlah spekulasi muncul mengenai pertemuan tersebut, termasuk rencana OPEC yang diduga akan memangkas output minyak mereka, yang mendapat tentangan dorongan Arab Saudi dan Irak.