Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ANSOROEDDIN: Inilah Kunci Sukses Bisnis Kuliner Dapur Sunda

Berawal dari warung nasi sederhana yang menyajikan menu khas Sunda, Ansoroeddin membangun kerajaan bisnis kuliner. Warung kecil yang menjadi cikal bakal restoran Dapur Sunda ini didirikan pada 1970-an. Pada era itu, tidak banyak ditemukan warung nasi dengan konsep menu masakan Sunda.
  Ansoroeddin bersama keluarga. /
Ansoroeddin bersama keluarga. /

Bisnis.com, JAKARTA-- Berawal dari warung nasi sederhana yang menyajikan menu khas Sunda, Ansoroeddin membangun kerajaan bisnis kuliner. Warung kecil yang menjadi cikal bakal restoran Dapur Sunda ini didirikan pada 1970-an. Pada era itu, tidak banyak ditemukan warung nasi dengan konsep menu masakan Sunda.

 

“Waktu itu saya masih bekerja sebagai konsultan pariwisata. Saya sering berkunjung ke berbagai objek wisata di dalam negeri dan luar negeri. Sebagai pekerja swasta yang tidak ada uang pensiunnya, saya berpikir untuk membuat usaha lain, salah satunya membuka warung nasi,” tutur Ansoroeddin.

 

Pria kelahiran Bandung, 13 September 1942 tersebut memulai usahanya dari nol. Dia membagi waktunya antara mengerjakan tugas sebagai konsultan dan membuka warung tenda yang menyajikan masakan khas Jawa Barat tersebut di kawasan Cipete Raya, Jakarta Selatan. Ternyata keberuntungan mengikuti langkah Ansoroeddin.

 

Konsumen yang datang ke warung nasinya semakin bertambah. Semakin banyak jumlah pelanggan, membuatnya harus memilih antara pekerjaan formal dan bisnis pribadi. Akhirnya, diputuskannya untuk mengundurkan diri sebagai konsultan, dan mulai terjun ke bisnis warung nasi. Keseriusannya untuk mengelola bisnis ditandai dengan dikenalkannya brand Dapur Sunda yang resmi berdiri pada 1986.

 

“Kenapa saya mengambil nama Dapur Sunda? Sebab, saya ingin menampilkan sesuatu yang benar-benar khas dari dapurnya orang Sunda. Jadi semua menu yang kami tawarkan adalah masakan Sunda,” ujar ayah dari empat orang putri ini.

 

Dia mengaku pada awalnya seluruh menu diracik sendiri oleh istrinya, Siti Komariah. Seiring semakin berkembangnya bisnis Dapur Sunda, saat ini dibentuk tim khusus yang menangani menu yang beranggotakan anak-anaknya. Bisnis keluarga ini dibangun dengan konsep yang jelas yakni menyajikan makanan yang berbahan segar seperti ikan gurame dan ikan mas.

 

Ketekunannya dalam mengelola bisnis semakin berhasil dengan berubahnya warung tenda biru, menjadi satu unit gedung besar dan mewah dengan kapasitas 100 orang pelanggan. “Di sini adalah rumah makan pertama yang kami dirikan, dan kini sudah tujuh restoran didirikan di Jakarta, dan Bali,” ungkap kakek 12 cucu ini. (Pilih topik berita favorit untuk diulas Harian Bisnis Indonesia di Sini)

 

Dia menuturkan saat anak semakin beranjak dewasa, dan jumlah cabang rumah makan semakin banyak, maka manajemen rumah makan mulai dipercayakan kepada anak-anaknya. “Mereka semua kompak, dan membagi tugas sesuai dengan kepintaran masing-masing. Ada yang bagian marketing dan pengembangan usaha, dan bagian dapur dengan tugas meracik menu baru, ada bagian sumber daya manusia, dan bagian keuangan,” ujarnya.

 

Dia mengaku saat ini dirinya lebih banyak mengawasi operasional rumah makan secara luas. Dia mengatakan diberikannya tanggung jawab kepada buah hati dilakukannnya tanpa kekhawatiran sedikitpun. “Sejak kecil mereka sudah saya ajak menjalani bisnis ini. Setelah pulang sekolah, anak-anak membantu saya dan ibunya berjualan. Ada yang bantu di dapur juga. Jadi sudah terbiasa sejak kecil,” ujarnya.

 

Kunci utama dalam mengembangkan bisnis keluarga adalah kekompakan dan keterbukaan. Khusus untuk bisnis makanan yang tidak kalah penting adalah menjaga rasa, mutu makanan, dan citra. Untuk melaksanakan ketiga hal tersebut, manajemen Dapur Sunda menerapkan satu dapur yang berlaku untuk seluruh cabang. Jadi, setiap olahan yang dihasilkan di dapur utama, hasilnya baru dikirimkan ke semua restoran. Juru masak di setiap cabang hanya mengikuti aturan yang ditetapkan untuk memasak makanan.

 

Tingginya konsumen membuat manajeman Dapur Sunda mesti menyediakan 500 kilogram ikan Gurame. “Menu berbahan ikan ini menjadi andalan karena terkenal renyah dan garing, sehingga dapat dinikmati hingga sirip ikanya,” tutur Ansoroeddin.

 

Menurutnya, di restorannya tersedia lebih dari 100 macam menu dan setiap tiga bulan sekali akan disajikan menu anyar. Bisnis dengan sistem keluarga dinilai Ansoroeddin sangat pas. Dengan demikian, dia dan keluarga tidak memikirkan untuk membuka waralaba. “Sebab, kalau tidak hati-hati, sistem waralaba dapat merusak nama restoran. Orang yang ingin tanam usaha dengan kami, pasti berorientasi mencari keuntungan. Takutnya, nanti karena hanya memikirkan untung, aturan yang sudah dibuat menjadi diabaikan,” tambahnya.

 

Untuk menjaga kualitas, Ansoroeddin memutuskan tidak membuka cabang baru hingga tahun depan. Saat ini, bisnis kuliner yang dijalankannya menjadi sumber pengisi periuk nasi untuk 400 orang, di luar cabang di Bali.

 

Baca juga:

READERS CHOICE: Pilih Topik Mengenai Pembangunan Maritim, Kepabeanan Bandara, Proyek E-KTP, atau Perebutan Kepemimpinan Komisi di DPR? Vote di Sini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmayulis Saleh
Editor : Setyardi Widodo
Sumber : Bisnis Indonesia Week End edisi 9/11/2014

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper