Bisnis.com, BEIJING - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menegaskan Indonesia tidak mau sekedar menjadi pasar bagi tarik menarik kepentingan ekonomi negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Tiongkok.
Dia menekankan Indonesia belum akan masuk dalam integrasi ekonomi di Kemitraan Trans Pasifik (Trans-Pacific Partnership/TPP) maupun Kawasan Perdagangan Bebas Asia Pasifik (Free Trade Area Asia Pacific/FTAAP), hingga integrasi ekonomi tersebut memberikan manfaat nyata bagi Indonesia.
"Saya kira, kita belum akan masuk ke sana, kita harus kalkulasi lagi produk-produk apa saja yang bisa dipasarkan dalam integrasi ekonomi kawasan itu, dan menguntungkan rakyat," katanya, menjawab Antara, usai melakukan rangkaian pertemuan bilateral dengan pemimpin ekonomi APEC di Beijing, Senin malam.
Pada pertemuan APEC di Beijing pada 5-12 November, Tiongkok mendorong kesepakatan pemberlakuan FTAAP pada 2025 didahului studi kelayakan selama 2015-2016.
Pembentukan FTAAP telah menjadi cita-cita APEC sejak 2006 untuk mengatasi dampak negatif meningkatnya Regional Trade Agreement (RTA), maupun FTA di kawasan regional Asia Pasifik.
RTA dan FTA itu merupakan salah satu preferensi negara-negara di dunia saat ini dalam hal pendekatan liberalisasi perdagangan kawasan. FTAAP ditengarai sebagai upaya menuju Regional Economy Integration (REI) untuk kesejahteraan bersama di kawasan.
Namun, selama pembahasan di APEC 2014 niat Tiongkok itu dipertanyakan dengan telah adanya TPP yang diinisiatif Amerika Serikat dan Regional Comprehensive Economic Partnership Agreement (RCEP) di antara negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia, dengan enam mitra dagangnya.
TPP adalah kesepakatan perdagangan bebas yang diikuti oleh tujuh belas negara di Asia-Pasifik, yang juga diikuti oleh beberapa negara anggota ASEAN, yakni Malaysia, Singapura, Brunei, dan Vietnam.
Sedangkan keberadaan RCEP sendiri di tingkat global menjadi rival bagi negosiasi serupa yang diinisiasi oleh Amerika Serikat, yakni TPP, dimana Tiongkok tidak menjadi anggota.
"Indonesia tidak mau ditarik-tarik untuk kepentingan mereka (AS dan Tiongkok). Saya tidak mau, lebih baik kita bertarung secara 'fair'. Jangan kita diminta membuka pasar untuk dibanjiri produk mereka, tetapi produk-produk kita sulit masuk ke pasar mereka, padahal produk kita itu banyak dihasilkan oleh rakyat," tutur Presiden Jokowi.
Ia mencontohkan komoditi rotan, kelapa sawit dan ikan. "Itu kan jelas produk yang sebagian besar dihasilkan rakyat, kelapa sawit tidak semua dikelola perusahaan besar tetapi ada juga petani, hampir 40 persen, kan besar juga," katanya.
Presiden Jokowi menegaskan Indonesia harus tegas untuk tidak menjadi tarik menarik kepentingan negara besar dalam integrasi ekonomi regional.