Bisnis.com, BEIJING – Sektor jasa ternyata tak mampu mengimbangi perlambatan ekonomi China yang kian melambat akibat lesunya sektor manufaktur. Perlemahan kedua sektor utama tersebut kian menambah beban untuk mengejar target pertumbuhan 7,5%.
Sektor nonmanufaktur yang sempat diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan semester dua, kembali melemah pada Oktober. Data pembelian manajer (purchasing manager’s index/PMI) yang dipublikasikan pemerintah menunjukkan indeks sektor ini berada di level 53,8, turun dari level bulan sebelumnya 54.
“Beberapa indikator sektor jasa yang indeknya berada di bawah 50 yaitu jasa transportasi kereta api dan real estat. Permintaannya pun melemah,” ungkap Dewan Kanotr Statistik China di Beijing, Senin (3/11/2014). Dalam ketetapan PMI, index di bawah 50 menunjukkan kontraksi.
Data menunjukkan salah satu indikator terpenting yaitu permintaan tenaga kerja pun terkontraksi ke indeks 48,9 pada Oktober, bulan keempatnya berada di bawah indeks 50. Meski maik ke level 51 dari bulan sebelumnya 49,5, indeks permintaan berada di level terendahnya sejak Desember 2008.
Hal ini jelas menjadi kabar buruk bagi China, karena sebelumnya sektor jasa mampu menunjukkan daya tahan lebih baik dari sektor manufaktur dan lebih dapat menciptakan lapangan kerja.
Ketahanan sektor jasa pula yang menumbuhkan kpercayaan diri Perdana Menteri Li Keqiang untuk tidak mengucurkan stimulus agresif meski ekonomi mengalami perlambatan.
Perlambatan sektor jasa sekaligus mengonfirmasi kebekuan sektor properti yang kian membebani laju pertumbuhan raksasa ekonomi kedua dunia.
Indeks sektor jasa dipublikasikan menyusul indeks sektor manufaktur yang dipublikasan Sabtu lalu, yang menunjukkan indeks 50,8, turun dari indeks September yaitu 51,1.
Penurunan indeks sektor manufaktur sebelumnya terjelaskan oleh Kementerian Perindustrian yang menyampaikan bahwa korporasi-korporasi China sedang dalam masa sulit akibat tingginya biaya pinjaman.
Selain itu, pabrik-pabrik Negeri Panda pun tengah berupaya bangkit dari lesunya permintaan baik dari dalam maupun luar negeri.
“Momentumnya masih lemah. Pemerintah harus segera mengefektifkan berbagai upaya untuk mencapai target yang mereka tetapkan,” jelas ekonom Nomura Holdings Inc, Hua Changchun di Hong Kong.