Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Genjot Pasar Properti, Kepemilikan Rumah di China Dipermudah

Pemerintah China menyatakan akan kembali menggenjot konsumsi pasar properti yang kini tengah dalam keterpurukan.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, BEIJING - Pemerintah China menyatakan akan kembali menggenjot konsumsi pasar properti yang kini tengah dalam keterpurukan.

Lesunya pasar properti sepanjang tahun ini telah menjadi perhatian penuh Beijing, mengingat kontribusinya yang cukup besar pada produk domestik bruto (PDB).

Dewan Negara (State Council) menyampaikan pemerintah akan segera melonggarkan restriksi pada pasar properti sehingga masyarakat akan lebih mudah memperoleh akses kredit perumahan rakyat (KPR). Selain KPR, pemerintah tidak menjelaskan lebih lanjut apa bentuk pemangkasan restriksi yang akan dilakukan.

“Keputusan tersebut menunjukkan Pemerintah China telah memutar balik pengelolaan pasar properti, setelah setahun terakhir membiarkannya lesu,” ungkap analis Credit Agricole CIB, Dariusz Kowalczyk, di Hong Kong, Kamis (30/10/2014).

Pengumuman oleh Dewan Negara tersebut menyusul pertemuan rutin mereka dengan Perdana Menteri Li Keqiang. Li tampaknya membuktikan ucapannya mengenai komitmennya untuk tidak membiarkan perekonomian China hard landing akibat lesunya pasar properti.

Sebelumnya, pemerintah juga telah menetapkan sejumlah pelonggaran seperti menurunkan persyaratan biaya muka menjadi 30% dari sebelumnya 70%-89%.

Aksi pencairan pasar properti untuk menstabilkan konsumsi sebelumnya juga dilakukan China pada 2009 lalu melalui program stimulus besar-besaran pemerintah, demi melindungi ekonomi dari krisis finansial global.

“Ini merupakan pertama kalinya pemerintah pusat secara resmi menyatakan mereka akan memberikan support langsung untuk pasar perumahan,” ungkap laporan Credit Suisse Group AG, merespons keputusan tersebut.

Adapun, data menunjukkan harga rumah baru China pada September kembali jatuh pada 69 dari 70 kota yang dipantau pemerintah. Penjualan rumah jatuh total 11% pada sembilan bulan pertama tahun ini dibanding periode sama tahun sebelumnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Editor : Sepudin Zuhri
Sumber : Bloomberg/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper