Bisnis.com, JOGJA – PT. Bank Syariah Mandiri (BSM) menggandeng Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk bekerjasama di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, dan pembiayaan modal kerja.
Beberapa proyeksi kerjasama kedua institusi lintas sektor itu antara lain pengelolaan dana pendidikan dari para mahasiswa baru UGM dengan potensi total senilai Rp600 miliar per tahun.
Dalam mengelola dana tersebut, UGM akan menerapkan sistem Multibank Payment. BSM bersinergi dengan Bank Mandiri wilayah Yogyakarta untuk mengakomodir layanan cash management tersebut.
Proyeksi kerjasama lainnya di bidang pendidikan antara lain berupa bantuan CSR beasiswa pendidikan.
Di bidang penelitian, proyeksi kerjasama yang akan dilakukan berupa peningkatan pemanfaatan Syariah Corner di kampus sebagai pusat data base penelitian industri perbankan syariah nasional.
Di bidang pengabdian kepada masyarakat, kedua belah pihak diproyeksikan meningkatkan kerjasama pembangunan ekonomi umat melalui Rumah Zakat UGM.
Proyeksi kerjasama selanjutnya yaitu pengelolaan Group UGM seperti BPR UGM, Islamic Center UGM, dan Rumah Sakit Akademik UGM.
Penandatangan kerjasama dilakukan oleh Direktur Utama BSM Agus Sudiarto dan Rektor UGM Pratikno di Kampus UGM di Jogja, Rabu (15/10).
Pratikno menyebutkan jumlah mahasiswa UGM merupakan potensi yang besar bagi industri. Saat ini, ujarnya, UGM memiliki sekitar 57.000 mahasiswa. Setiap tahunnya ada tambahan sekitar 6.000 mahasiswa baru di UGM.
UGM, ujarnya, pada dasarnya terbuka terhadap peluang kerjasama dengan pelaku mana pun di industri perbankan. Namun demikian dia meminta bank yang bekerjasama berkoneksi baik dengan sistem yang dijalankan oleh UGM.
Dia menilai dengan sejumlah Rp2 triliun dana yang dimiliki pihak kampus, banyak institusi perbankan yang tertarik menjalin kerjasama dengan BSM. Namun demikian, pihaknya lebih fokus pada proses integrasi dengan tri dharma pendidikan.
“Kami undang industri untuk masuk ke kampus. Bukan hanya untuk bisnis dan riset tetapi juga untuk masuk ke sistem pendidikan dan penelitian kami,” katanya.
Dia mengaku lebih mengapresiasi institusi perbankan yang bersedia masuk ke sistem antara lain dengan cara ikut berbagi ilmu, memberikan kuliah umum kepada para mahasiswa.
Dia juga mengundang BSM agar menggaet mahasiswa untuk mengerjakan penelitian-penelitian yang dilakukan institusi.
Menurut dia, kelak manfaat positif akan dirasakan tidak hanya oleh perguruan tinggi melainkan pula oleh industri yang akan menyerap mahasiswa sebagai tenaga kerja kelas, juga bagi mahasiswa itu sendiri.
“Akan sama-sama efisien. Perguruan tinggi akan lebih efisien, user dalam hal ini industri akan lebih efisien, mahasiswa dan alumni juga efisien. Kami mengundang BSM untuk bekerjasama dalam bentuk yang out of the box,” katanya.
Dirut BSM Agus Sudiarto mengatakan dengan jumlah mahasiswa yang sedemikian besar, BSM tidak hanya berpeluang menghimpun dana tetapi juga berpotensi meraup fee based income.
Agus menilai bukan hanya UGM melainkan masyarakat DIY secara umum merupakan pangsa pasar potensial bagi bisnis perbankan syariah. Di DIY, ujarnya, pangsa pasar anak usaha Bank Mandiri tersebut mencapai 30% dari keseluruhan bisnis bank syariah.
“DIY ini basis umat Muslimnya besar. Basis Muhamaddiyah berpusat di sini. Mereka pasar potensial untuk BSM dan institusi keuangan syariah lainnya,” katanya.
Saat ini, ujarnya, total aset BSM di Indonesia mencapai Rp65 triliun. DIY, ujarnya, merupakan salah satu penyumbang bisnis BSM yang potensial.