Bisnis.com, SUKADANA, LAMPUNG -- Ketiadaan pendukung utama membuat petani di Lampung Timur berhenti menanam padi.
Sebagin petani padi di Kabupaten Lampung Timur kini beralih menanam tanaman palawija seperti jagung dan kacang-kacangan, sehubungan musim kemarau masih melanda hampir seluruh daerah tersebut.
"Kami tidak bisa menanam padi karena tidak ada air. Hanya di daerah tertentu yang masih ada pasokan air irigasi yang bisa bercocok tanaman padi," kata Widodo, salah satu petani padi di Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur, Jumat (26/9/2014).
Daerahnya sudah mengalami musim kemarau sejak Juli lalu, dan diperkirakan petani baru bisa menanam padi pada Desember.
"Sehubungan itu, sebagian petani di musim kemarau menanam palawija, atau bekerja sebagai buruh serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya," katanya.
Hal senada juga disampaikan sejumlah petani lainnya dari Desa Beraja Indah Kecamatan Beraja Selebah Lampung Timur.
"Kami harus lebih sabar menunggu musim hujan karena pengairan air dari Danau Way Jepara tidak cukup untuk mengairi sawah kami karena danau juga ikut menyusut volume debit airnya," kata Muklas, salah satu petani setempat.
Musim kemarau juga berdampak pada kenaikan harga gabah dan beras di tingkat petani.
Harga beras kini mencapai Rp8.000/kg di pasaran Lampung Timur, sebelumnya hanya Rp6.000/kg. Sedang harganya di tingkat agen berkisar Rp7.500- Rp7.800/kg.
Sejumlah agen beras menyebutkan mereka kini juga sulit mendapatkan gabah sehingga berdampak pada kenaikan harga beras.
Sementara itu, sebagian petani di Desa Karang Anyar Kecamatan Labuhan Maringgai menyebutkan sebagian lahan sawah mereka bisa ditanami padi karena lokasinya berdekatan dengan sungai.
"Masih ada pasokan air sungai sehingga sekitar 50 persen persawahan masih bisa ditanami padi," kata Karso, salah satu petani setempat.