Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKONOMI RUSIA: Sanksi Internasional Berisiko Pangkas Pertumbuhan

Pasar keuangan Rusia meyakini sanksi Amerika Serikat dan sekutunya yang membelit beberapa perusahaan publik, termasuk OAO Rosneft dan OAO Lukoil, berisiko memangkas aset premium secara signifikan.
 Presiden Rusia Vladimir Putin/Reuters
Presiden Rusia Vladimir Putin/Reuters

Bisnis.com, MOSKWA— Pasar keuangan Rusia meyakini sanksi Amerika Serikat dan sekutunya yang membelit beberapa perusahaan publik, termasuk OAO Rosneft dan OAO Lukoil, berisiko memangkas aset premium secara signifikan.

Rosneft, raksasa minyak Rusia, diperdagangkan dengan estimasi 4,8 kali sedangkan Lukoil diperdagangkan hingga 4,1 kali.

Jika dirinci, total utang Rosneft mencapai US$72,8 miliar, termasuk US$13,4 miliar yang jatuh tempo pada akhir tahun ini. Perusahaan tersebut melaporkan pendapatan bersihnya senilai US$72,8 pada kuartal II/2014.

Sanksi yang dijatuhkan AS dan sekutunya terhadap perusahaan publik Rusia telah membatasi akses permodalan dari pasar internasional.

Akibat sanksi tersebut, saham Rosneft bahkan merosot 8,1% pada kuartal dua tahun ini, sedangkan saham Lukoil masih tumbuh 1,6% pada periode yang sama.

“Investor cukup khawatir terhadap implikasi dari sanksi itu, dan itu tercermin dari kinerja Rosneft saat ini,” kata Alexander Kornilov, analis Alfa Bank di Moskwa, Rabu (27/8/2014).

Selain Rosneft, Lukoil juga memiliki utang yang mencapai US$10,4 miliar, termasuk US$900 juta yang jatuh tempo pada Januari tahun depan sedangkan pendapatannya tercatat senilai US$2,25 miliar.

Tidak hanya perusahaan yang terjerat sanksi, ekonomi Rusia pun dipredikasi bakal terpangkas tahun ini akibat melorotnya konsumsi domestik.

Namun, prospek penyelesaian konflik geopolitik yang melibatkan Ukraina dan Rusia ini mulai tampak. Hal itu terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Presiden Ukraina Petro Poroschenko pada Selasa (26/8/2014).

Pertemuan tersebut mencercahkan sedikit harapan terhadap penyelesaian konflik yang berkepanjangan ini dan meningkatkan prospek aksi gencatan senjata dari kedua belah pihak. Merespon pertemuan tersebut, saham Rusia langsung melorot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nurbaiti
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper