Bisnis.com,SEMARANG—DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah mengakui penjualan rumah tahun ini melambat akibat suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) naik yang dipengaruhi kenaikan BI rate 7,5%.
Wakil Ketua DPD Real Estate Indonesia wilayah Jateng bidang Promosi, Publikasi, dan Kehumasan Dibya K. Hidayat memaparkan penurunan penjualan rumah terjadi sejak Bank Indonesia (BI) pada akhir 2013 menetapkan suku bunga acuan sebesar 7,5%.
“Penjualan rumah terpengaruh kenaikan BI rate. Apalagi sekarang masa injury time yang mana para konsumen menunggu kepastian Pilpres,” papar Dibya kepaa Bisnis.com, di Semarang (14/8/2014).
Dengan suku bunga acuan 7,5%, kata Dibya, membuat calon konsumen khawatir membeli rumah dengan suku bunga KPR yang turut terdongkrak menjadi 9% hingga 11%, dari suku bunga sebelumnya 7%.
Kendati demikian, ujarnya, para pengembang perumahan tidak bosan mengadakan pameran yang diadakan hampir tiap bulan. Hal itu dilakukan guna menarik daya minat orang untuk membeli rumah baru.
Menurutnya, target penjualan selama dalam pameran bisa terjual atau pemesanan rumah mencapai 60 unit. Dia berharap angka penjualan dan transaksi penjualan terus meningkat dengan keberlanjutan komunikasi pasca pameran selesai.
“Untuk mendongkrak penjualan rumah, para pengembang memberikan diskon dan kemudahan persyaratan lainnya,” ujarnya.
Pihaknya optimis pasar properti akan bergeliat jika ada regulasi dari pemerintah daerah yang memudahkan proses perizinan pendirian bangunan. Oleh karena itu, kata Dibya, penetapan Presiden RI yang berlangsung pada Oktober tahun ini diharapkan menjadi kabar baik bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.