Bisnis.com, ZURICH— Pemulihan ekonomi zona euro mendadak terhenti pada kuartal II/2014, mengikuti keterpurukan yang diderita 3 negara dengan ekonomi terbesar di blok bermata uang tunggal itu yaitu Jerman, Prancis, dan Italia.
Eurostat mencatat produk domestik bruto (PDB) tak berubah dari capaian kuartal lalu yaitu 0,2% sedangkan ekspektasi pasar meyakini PDB zona euro melambat menjadi 0,1%. Pada laporan terpisah menunjukkan inflasi bergerak melambat 0,4% pada Juli tahun ini.
Inflasi selalu bertengger di bawah 1% sejak Oktober tahun lalu, jauh di bawah target inflasi yang dipegang oleh ECB.
Stagnansi ekonomi, lemahnya tekanan inflasi, dan meningkatnya risiko pelemahan ekonomi akibat ketegangan geopolitik Ukraina-Rusia semakin menambah panjang daftar pekerjaan rumah yang harus dihadapi para pemangku kebijakan.
“Belum ada indikasi selesainya konflik berpotensi menyeret lebih dalam level pertumbuhan ekonomi zona euro,” ucap Peter Vanden Houte, Ketua Ekonom Zona Euro ING Groep di Brussels, Kamis (14/8/2014).
Dirinya juga menuturkan memburuknya kondisi ekonomi bakal memaksa European Central Bank (ECB) untuk kembali meluncurkan kebijakan moneter tambahan.
Pasalnya, Mario Draghi, Gubernur ECB sempat menyatakan kesiapannya untuk menambah dosis pelonggaran moneter, jika prospek inflasi memburuk.
Ekonomi Jerman tersungkur 0,2%, sedangkan Prancis mengikuti ritme serupa yang dilalui oleh zona euro. Italia justru terperangkap dalam jeras resesi sejak 2008 yang ditunjukkan dengan melorotnya PDB hingga 0,2% pada kuartal II/2014.
Pada saat yang sama, sinyal penurunan tidak diperlihatkan oleh semua negara yang tergabung dalam area euro. Kinerja ekonomi Spanyol melesat ke level tercepat sejak 2007, dan Belanda kembali tumbuh.