Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Songket Impor dari China & Thailand Lebih Murah, Perajin Palembang Dipaksa Lebih Berdaya Saing

Perajin kain songket Palembang dipaksa untuk berdaya saing seiring masuknya produk serupa buatan negara lain, seperti dari China dan Thailand ke pasar lokal beberapa tahun terakhir.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, PALEMBANG - Perajin kain songket Palembang dipaksa untuk berdaya saing seiring masuknya produk serupa buatan negara lain, seperti dari China dan Thailand ke pasar lokal beberapa tahun terakhir.

Wakil Sekretaris Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Palembang Nurmala Sari mengatakan ancaman gempuran produk songket buatan negara lain itu semakin menguat karena akan masuk era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 2015.

"Songket buatan China dan Thailand itu ada di sentra penjualan kerajinan khas Palembang dan harganya jauh lebih murah," katanya saat pembukaan pelatihan pengrajin songket Palembang, Rabu (13/8).

Dia mengatakan pemerintah daerah tidak mungkin menghalangi produk songket impor itu masuk ke Palembang oleh karena itu pihaknya menekankan agar pengrajin mampu berdaya saing dan memperluas pasar.

Menurut dia, penjualan kain songket asli masih terbatas (segmented) karena harganya yang relatif mahal dan hanya digunakan untuk acara tertentu. Produk songket impor itu membidik pasar ritel dengan kualitas rendah tetapi harganya lebih murah.

"Bahkan kain songket buatan China itu bisa dijual meteran seharga Rp50.000 per meter sementara untuk satu set songket hanya senilai Rp350.000 bandingkan dengan songket asli yang harganya jutaan per set," jelasnya.

Dia menambahkan tantangan lain yang harus dihadapi terkait sedikitnya jumlah pengrajin songket.

Nurmala menjelaskan kerajinan songket dibuat oleh pengrajin secara turun-temurun dan belakangan ini minat generasi muda terhadap kerajinan itu terus menurun apalagi untuk teknik menjungkit yang merupakan tahapan awal dari pembuatan kain songket.

"Kalau hal itu dibiarkan terus-menerus bisa saja kita jadi penonton di dalam negeri sendiri," katanya.

Dekranasda, lanjut Nurmala, terus berupaya meningkatkan keahlian para pengrajin untuk memperbanyak motif kain. Salah satunya dengan menggandeng berbagai pihak untuk mengadakan pelatihan, termasuk Bank Indonesia.

Sementara itu, Kepala Bank Indonesia Wilayah VII Palembang R. Mirmansyah mengatakan, pihaknya berharap pengrajin bisa menciptakan produk yang berkualitas setelah mengikuti pelatihan selama 15 hari itu.

"Jika produk yang dihasilkan, goal selanjutnya adalah pengrajin juga bisa mengakses perbankan untuk permodalan," ujarnya.

Mirmansyah mengemukakan bank sentral menaruh perhatian cukup besar terhadap komoditas--komoditas unggulan Palembang dan ingin agar mereka yang bergelut di komoditas itu bisa memperluas usaha melalui pembiayaan dari perbankan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper