Bisnis.com, BEIJING - Keterpurukan pasar properti yang berlangsung sejak kuartal awal tahun ini diprediksi akan menjadi ancaman utama pertumbuhan ekonomi China untuk tahun fiskal 2014.
Jika kondisi pasar properti memburuk, sulit bagi Negeri Tembok Raksasa capai target ekspansi 7,5%.
Menurut data yang dipublikasikan pemerintah China pekan lalu, penjualan rumah pada Juni menurun 33% dari bulan sebelumnya. Sektor properti paruh pertama jatuh total 9,2% menjadi 2,56 triliun yuan dari periode yang sama tahun lalu. Pada paruh pertama 2014, total kejatuhan konstruksi peroperti adalah 16,4% dari periode sama tahun sebelumnya.
Survei yang dilakukan Bloomberg pada 22 responden menyimpulkan China membutuhkan penambahan stimulus untuk memicu percepatan investasi infrastruktur, pemangkasan pajak, dan mengalokasikan lebih banyak uang untuk meningkatkan pinjaman bank.
Sebelumnya, Perdana Menteri Li Keqiang menyampaikan ia ingin mengejar target pertumbuhan tanpa mengucurkan stimulus dalam jumlah besar. Menurut PM Li, stimulus justru dapat meningkatkan utang negara.
Sebaiknya mini-stimulus direalisasikan sedikit demi sedikit dari sekarang, sehingga ekonomi menjadi stabil, kata ekonom Haitong International Securities Group Ltd, Hu Yifan di Hong Kong, Rabu (23/7).
Menurut Hu, pemerintah akan melakukan pelonggaran moneter, memangkas persyaratan cadangan bank, sambil mengurangi tingkat suku bunga.
Pekan lalu, China melaporkan ekspansi 7,5% pada kuartal II, diyakini tertopang oleh program stimulus, percepatan belanja pemerintah, dan percepatan konstruksi kereta api dan perumahan.
Menyusul laporan data yang menunjukkan ekspansi pada kuartal II lalu, beberapa ekonom dari JP Morgan Chase & Co, Citigroup Inc, dan HSBC Holdings Pls menyampaikan optimistis mereka atas pertumbuhan ekonomi paruh kedua tahun ini.
Sementara itu, analis yang disurvei Bloomberg justru menurunkan estimasi pertumbuhan mereka, menjadi 7,4% sepanjang tahun ini, yang merupakan level terendah sejak 1990.
Sejauh ini, menurut para analis, pengucuran stimulus masih sesuai untuk mencapai target. Stimulus yang dibutuhkan bukan dalam jumlah besar, asalkan dapat efektif memicu aktivitas ekonomi.