Bisnis.com, RIO DE JANEIRO--Brasil mempertahankan tingkat suku bunga tinggi 11% setelah menggelar dua pertemuan. Bank sentral tidak memiliki pilihan untuk menurunkan tingkat suku bunga akibat inflasi negara tersebut yang terus berada di level tinggi sehingga pertumbuhan berjalan lambat.
Keputusan ini sesuai dengan prediksi para analis. Gubernur Alexander Tombini menyampaikan pada situs resmi bank sentral Brasil, Kamis (17/7/2014) bahwa para dewan memutuskan setelah mereka mengevaluasi prospek pertumbuhan dan inflasi.
Kepala ekonom Sul America Investmentos, Newton Rosa menyampaikan inflasi telah menyebabkan kepercayaan diri konsumen turun dan aktivitas bisnis melemah. Ia menyampaikan, pembuat kebijakan mempertahankan tingkat suku bunga untuk mengurangi permintaan.
“Ini mendorong para ekonom untuk memangkas proyeksi pertumbuhan tahun ini menjadi 1,05%. Bahkan bank sentral pesimistis dengan menyampaikan harga konsumen akan terus berada di area tinggi di atas target,” kata Rosa menanggapi kebijakan bank sentral.
Rosa menambahkan, pertumbuhan lambat akan membatasi kemungkinan kenaikan harga-harga, sehingga butuh waktu yang tidak singkat untuk memangkas tingkat suku bunga.
Presiden negara penyelenggara Piala Dunia 2014 Dilma Roussef dituntut untuk membereskan persoalan inflasi tinggi Brasil sebelum ia kembali berkampanye untuk pemilihan presiden pada Oktober mendatang.
Pemerintah Brasil sempat percaya diri dengan mengatakan tahun ini akan meningkatkan belanja sosial, memangkas pajak upah permanen pada 56 industri, dan mendatangkan miliaran dolar investasi infrastruktur untuk memicu pertumbuhan.
“Pertumbuhan ekonomi akan menemui momentumnya pada kuartal mendatang,” ungkap Menteri Keuangan Guido Mantega Juni lalu.
Sayangnya para analis yang disurvei bank sentral Brasil menyampaikan rencana upaya pemerintah tersebut tidak akan menggairahkan aktivitas ekonomi kembali. Menurut mereka, pertumbuhan ekonomi akan berada di rekor rendah pada 2014, setelah 2013 lalu berekspansi 2,5%.