Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jepang Harus Tumbuh 2% untuk Naikkan Pajak Penjualan

Jepang harus tumbuh 2% pada kuartal II/2014 untuk memberi peluang pada Perdana Menteri Shinzo Abe merealisasikan rencananya meningkatkan pajak penjualan untuk kedua kalinya menjadi 10%.

Bisnis.com, TOKYO – Jepang harus tumbuh 2% pada kuartal II/2014 untuk memberi peluang pada Perdana Menteri Shinzo Abe merealisasikan rencananya meningkatkan pajak penjualan untuk kedua kalinya menjadi 10%.

Hal tersebut merupakan temuan survei Bloomberg News pada sejumlah ekonom. Pemerintahan PM Abe menyampaikan akan meninjau kembali rencana tersebut setelah melihat data pertumbuhan ekonomi hingga kuartal ketiga tahun ini. Adapun PDB kuartal ketiga Jepang akan dirilis 8 Desember.

Kepala ekonom Meiji Yasuda Life Insurance Co, Yuichi Kodama menyampaikan PM Abe tidak memiliki pilihan lain kecuali segera menaikkan pajak penjualan.

“Pasar saham akan kembali jatuh jika kenaikan pajak penjualan ditunda karena investor akan mengganggap  PM Abe tidak mampu mengelola perekonomian melalui reformasi fiskal,” kata Kodama di Tokyo, Kamis (17/72014).

Kenaikan pajak penjualan merupakan keputusan kritis bagi Jepang untuk mengurangi beban utang publik terbesar dunia. Menurut International Monetary Fund (IMF), pajak penjualan Jepang harus ditingkatkan meski melukai belanja rumah tangga.

 Padahal, sejak kenaikan pajak penjualan menjadi 8% dari sebelumnya 5% pada 1 April lalu, PM Abe menghadapi tugas berat untuk meyakinkan korporasi dan rumha tangga Jepang untuk menjaga laju belanja mereka, demi mencapai target inflasi tahun ini.

Sementara itu, data yang dipublikasikan Pemerintah Jepang pada Kamis menunjukkan belanja individu mulai memulih.

“Beberapa sektor belanja masih lemah, namun menunjukkan sinyal konsumsi tengah pulih. Kita boleh berharap pemulihan akna berlanjut karena pasar tenaga kerja membaik dan upah meningkat,” tulis laporan ekonomi bulanan Pemerintah Jepang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Editor : Rustam Agus
Sumber : Bloomberg/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper