Bisnis.com, KENDAL— Produksi tanaman tembakau dari Kendal, Jawa Tengah tahun ini mengalami penurunan karena harga tembakau di daerah ini anjlok hingga 100%.
Kepala Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kendal Sri Purwati mengakui rencana tanam tembakau tahun ini menurun dibandingkan target yang ditentukan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Dia menuturkan petani tahun ini ditarget bisa menanam tembakau di atas lahan seluas 4.000 hektare (ha). Namun, realisasi yang dicapai petani asal Kendal hanya 3.887 ha.
Sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bahwa Kabupaten Kendal ditarget bisa memenuhi produksi tembakau dengan memanfaatkan lahan seluas 4.000 hektare (ha). Target itu juga diperkuat dengan Surat edaran Bupati Kendal pada 2014.
Adapun tahun lalu rencana tanam tembakau di wilayah ini mencapai 5.000 ha dan petani bisa memenuhi target yang dicanangkan oleh Pemprov Jateng dan Pemkab Kendal.
“Rencana dari Pemprov Jateng turun, realisasi tanam tembakau tahun ini juga turun,” papar Sri Purwati kepada Bisnis, Rabu (16/7/2014).
Sri menuturkan petani saat ini lebih memilih untuk memanfaatkan lahan guna menanam jagung karena harganya cenderung naik. Lain halnya harga dengan tembakau, kata Sri, yang saat ini turun drastis hingga 100%.
Menurut Sri, jenis tembakau di Kendal terbagi atas tembakau welerian dan tembakau temanggungan. Harga tembakau welerian saat ini mayoritas seharga Rp20.000-30.000/kilogram (kg). Padahal, tahun sebelumnya harga tembakau bisa mencapai Rp40.000/kg.
Adapun harga tembakau temanggungan lebih tinggi yakni sekitar Rp40.000-Rp50.000/kg karena kualitas lebih bagus. Jika kondisi harga normal, tembakau temanggungan bisa menembus Rp80.000-Rp90.000/kg.
Sri mengakui penurunan harga tembakau terjadi sejak dua tahun lalu akibat regulasi ketat dari pemerintah yang membatasi produksi rokok kretek. “Itulah penyebabnya. Harga tembakau anjlok, produksi merosot,” ujarnya.
Sri menambahkan anjloknya harga tembakau membuat petani merugi besar karena tidak bisa menutup biaya produksi yang cenderung naik. Dalam satu hektar lahan pertanian, lanjutnya, bisa menghasilkan produksi tembakau sebanyak 600 kg.
Masa tanam tembakau tahun ini, kata dia, dimulai pada awal Juni atau mundur satu bulan dibandingkan tahun lalu yang jatuh pada Mei. Kondisi ini membuat pabrikan rokok belum melakukan penawaran harga tembakau. Adapun masa tanam hingga panen membutuhkan waktu selama empat bulan.
“Biasanya pekan keempat sudah ada penawaran harga, terutama dari PT Djarum. Sekarang belum ada, sementara petani mengandalkan penjualan dari pabrikan besar,” ujarnya.