Bisnis.com, NEW DELHI – Laju harga grosir India melambat ke level terendah dalam 4 bulan, di bawah prediksi para ekonom.
Kondisi ini menambah kepercayaandiri Gubernur Reserve Bank of India (RBI) untuk berhenti mempertahankan suku bunga tinggi negara tersebut.
Bulan lalu, Gubernur Rajan sempat menunjukkan sinyal ia akan memperlonggar kebijakan moneter jika inflasi harga konsumen berada pada level di bawah 8% pada Januari 2015. Inflasi Juni India diprediksi akan melambat hingga 7,95%.
Namun niat Rajan untuk segera memangkas suku bunga India belum mendapat sambutan baik.
“Curah hujan tidak stabil masih mengancam inflasi. Satu data saja tidak akan cukup menjadi dasar bank sentral untuk memangkas tingkat suku bunga,” kata ekonom Crisil Ltd, Dharmakirti Joshi di Mumbai, Senin (14/7/2014).
Di sisi lain, Menteri Keuangan India Arun Jaitley mempertahankan target difisit anggaran ke level terendah 4,1%, meski cuaca buruk, dan tingginya harga bahan bakar mengancam kenaikan alokasi subsidi.
Juni lalu, Rajan mempertahankan tingkat suku bunga tinggi India 8% dengan alasan inflasi Januari 2015 diprediksikan masih rentan menyentuh level tinggi. Rajan akan kembali mengumumkan kebijakannya untuk menekan inflasi pada awal Agustus mendatang.
Pada publikasi bujet negara pertamanya, Perdana Menteri India Narendra Modi menetapkan penekanan inflasi sebagai program prioritasnya.
Meski tidak mendapat kepercayaan penuh dari para investor, pemerintah mempertahankan target defisit anggaran 4,1% terhadap PDB.
Sejak awal menjabat, Modi dihadapkan pada inflasi tertinggi di Asia, yang didorong oleh melambungnya harga bahan makanan pokok seperti susu dan kentang.
Pada Mei, inflasi makanan menyentuh level 9,4%.
Menyiasati hal tersebut, pemerintah memutuskan untuk meningkatkan jumlah stok pangan seperti nasi, gula, dan gandum.