Bisnis.com, JAKARTA - Orientasi lembaga survei yang pada mulanya kegiatan akademis dengan tujuan sosial mulai menampakkan perubahannya menjadi sebuah kegiatan yang sarat dengan kepentingan komersial.
Hal tersebut disampaikan oleh peneliti opini publik, Agung Supriatna disela acara diskusi Polemik bertajuk Republik Quick Count yang diselenggarakan Sindo Trijaya FM di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (12/7/2014)
Mantan Peneliti Lembaga Penelitian Pendidikan Penerapan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) menilai bahwa orientasi lembaga survei yang awalnya untuk tujuan sosial, pada Pilpres tahun ini terlihat sarat dengan banyak kepentingan.
"Kawan-kawan polster saat ini persoalannya sangat komersial. Survei tumbuh menjadi industri alias bisnis," tuturnya.
Dia membandingkan dengan apa yang dilakukannya 10 tahun terakhir. "Dulu sekitar 10 tahun lalu, melakukan survei adalah untuk kegiatan akademik demi kepentingan sosial masyarakat, akan tetapi kini nampaknya hal itu terlihat berubah arah," ujarnya.
Menurutnya, seiring dinamika politik Tanah Air seperti saat ini, keberadaan survei sengaja dipakai untuk membentuk ataupun mengombang-ambingkan opini masyarakat dengan dukungan pendanaan besar dari pemesan kepentingan tersebut.
Agung mengatakan melihat apa yang terjadi saat ini menjadikan masyarakat mulai timbul keraguan kepada lembaga survei, karena hasil quick count yang ditampilkan berbeda dan menjadi polemik.
Selain itu, lanjutnya, yang menjadi persoalan fatal lembaga survei pada quick count Pilpres 2014 adalah tidak adanya statement tegas bahwa hasil tersebut baru berupa prediksi dan hanya merupakan informasi alternatif saja, seiring menunggu hasil resmi KPU.
"Yang menurut saya fatal, tidak adanya statement resmi secara tegas dan berulang-ulang soal informasi yang diberikan masih bersifat sementara."
Dengan kealphaan ini, tuturnya, maka bola ditangkap politisi, kemudian muncullah deklarasi kemenangan oleh salah satu pasangan calon.
Agung mengatakan agar kredibiltas lembaga survei tetap bisa dipercaya masyarakat, sebaiknya perlu adanya trust fund, yakni adanya sekelompok orang yang mengoleksi dana dari berbagai pihak dan tidak boleh ada dana yang dominan, sehingga hasilnya bisa lebih netral.