Bisnis.com, NEW DELHI – Para investor memandang skeptis paket anggaran yang telah disusun Perdana Menteri India, Narendra Modi.
Pasalnya, beberapa lembaga peringkat kredit sekptis Modi dapat merealisasikan target ambisius anggaran negaranya dengan baik.
Lembaga rating kredit Fitch, Moody’s Investors, dan Standard & Poor melaporkan pada Jumat (11/7/2014) mengenai tingkat keparahan ekonomi India.
Ketiganya sepakat, target defisit anggaran sebesar 4,% dari produk domestik bruto (PDB) India amat tidak realistis.
“Perekonomian India akan masuk kategori ‘junk’ jika pemerintah India tidak dapat menggenjot perekonomian dalam satu tahun mendatang. India harus mengatasi problem utangnya, yang nilainya terbesar ketiga di Asia,” ungkap laporan S&P.
Padahal, salah satu pertimbangan utama penyusunan anggaran negara India adalah meningkatkan daya tarik negara tersebut di depan para investor.
Rencana India membangkitkan kembali investasi swasta untuk menggenjot perekonomian dinilai belum benar-benar memberikan jaminan pada investor.
Salah satu faktor yang membangkitkan pesimisme pasar adalah tidak tercantumnya rencana pemangkasan subsidi pada draft anggaran negara Modi. Padahal, subsidi merupakan faktor terbesar penyumbang pelebaran defisit anggaran India.
“Menteri Keuangan mengatakan keinginannya memangkas subsidi bahan bakar dan makanan, namun bagaimana langkah-langkahnya tidak tertera jelas pada draf anggaran,” kata analis pinjaman luar negeri Moody’s, Atsi Sheth
Di sisi lain, Menteri Keuangan India Arun Jaitley tampaknya menyadari kesulitannya dalam merealisasikan target anggaran. Dalam sebuah wawancara pascapublikasi anggaran, ia menyampaikan bahwa target anggaran merupakan ‘tantangan’ yang harus ia hadapi.
“Seperti yang saya katakan, tahun ini pendapatan masyarakat akan rendah, karena musim hujan tidak stabil. Ini adalah tantangan dan saya akan berusaha (menyelesaikannya),” kata Jaitley.