Bisnis.com, TOKYO – Menteri Keuangan Jepang Akira Amari menegaskan saat ini bukanlah saat yang tepat untuk Bank of Japan (BOJ) mempertimbangkan penyetopan program stimulus.
Amari menyampaikan keinginannya atas pelonggaran lanjutan, jika Jepang belum dapat mencapai target inflasi.
Amari juga menyampaikan keberatannya jika ada yang mengatakan deflasi Jepang telah berakhir. Menurutnya, deflasi masih mengintai perekonomian Jepang yang juga masih rentan terhadap guncangan eksternal.
“Bank sentral menyatakan tekadnya untuk segera mengambil tindakan lanjutan jika target ketercapaian inflasi tidak sesuai jadwal.” kata Amari di Tokyo, Jumat (11/7/2014).
Bank sentral Negeri Sakura mempertahankan kebijakan pelonggaran melalui stimulus moneter yang dikucurkan April 2013.
BOJ berjanji akan melipatgandakan cadangan kas Jepang dengan penjualan aset besar-besaran untuk mengejar target inflasi 2% dalam 2 tahun.
Dua tahap stimulus fiskal dan moneter sebelumnya telah berhasil mengangkat harga dan melemahkan mata uang Jepang.
Kondisi ini secara langsung mendorong sentimen bisnis dan meningkatkan pendapatan eksportir.
Saat ini, Jepang telah melampaui setengah jalan pemenuhan target tersebut, dan BOJ berencana untuk mempertahankan stimulus hingga tahun depan.
Keputusan Jepang ini berbeda dengan negara-negara maju dunia seperti Amerika Serikat dan Inggris, yang mulai mendiskusikan rencana kenaikan suku bunga.
Namun, Amari melihat saat ini BOJ mulai membicarakan rencana memberhentikan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing).
“BOJ juga tidak menunjukkan niat untuk mengekspansi program stimulus dalam waktu dekat, karena yakin Jepang akan segera memenuhi target harga,” kata Amari.
Padahal, katanya, meski tidak lagi dibelit harga rendah karena inflasi terakselerasi, sebaiknya Jepang jangan cepat puas. Negara tersebut membutuhkan bukti lanjutan untuk mengukuhkan asumsi penguatan ekonomi.
“BOJ telah berusaha mencapai target inflasi sejak tahun lalu. Tidak ada jaminan deflasi tidak akan terjadi lagi, apalagi saat ini perekonomian Jepang masih rentan terhadap guncangan eksternal,” jelas Amari.