Bisnis.com, TOKYO – Permintaan perusahaan permesinan Jepang jatuh ke rekor terendah pada Mei, mengindikasikan perusahaan-perusahaan Jepang masih berhati-hati dalam mengalokasikan cadangan dana untuk investasi.
Data yang dirilis Kamis (10/7) oleh pemerintah Jepang menunjukkan permintaan inti yang menjadi indikator belanja modal, anjlok 19,5% dari April. Nilai ini merupakan kejatuhan terbesar sejak 1987, dan jauh di bawah prediksi para ekonom yaitu kenaikan 0,7%.
Data ini mendesak Perdana Menteri Shinzo Abe untuk melakukan upaya lebih keras, menyiasati perlambatan ekonomi Jepang karena kenaikan pajak penjualan. Abe harus mencoba berbagai cara agar perusahaan menggunakan cadangan yen232 triliun atau setara US$2,3 triliun mereka untuk berinvestasi.
Ekonom BNP Paribas SA, Hiroshi Shiraishi mengatakan data indikator investasi perusahaan Jepang masih buruk. “Butuh waktu lama untuk Jepang memulih dari belanja konsumen yang rendah karena kenaikan pajak penjualan, ekspor lemah, dan belanja modal yang memulih lambat,” kata Shiraishi.
Jatuhnya permintaan pada Mei, didorong oleh 46% penurunan permintaan luar negeri. Data yang dirilis Bank of Japan (BOF) awal Juli lalu menunjukkan perusahaan-perusahaan besar Jepang berencana meningkatkan belanja modal mereka sebesar 7,4% tahun ini.