Bisnis.com, TOKYO-- Neraca perdagangan Jepang kembali mencatatkan surplus untuk keempat kalinya pada Mei, terkerek oleh investasi luar negeri Jepang. Jepang menyiasati peningkatan investasi setelah yen tergelincir dan mempengaruhi ekspor.
Selasa (8/7) Kementerian Keuangan Jepang mengumumkan surplus neraca perdagangan senilai yen522,8 miliar atau setara dengan US$5,1 miliar. Nilai ini lebih tinggi dari prediksi rata-rata ekonom pada survei Bloomberg yaitu perolehan yen417,5 miliar. Pada April, surplus perdagangan Jepang adalah yen187,4 miliar.
Data yang sama menunjukkan ekspor naik 2%, turun dari peningkatan 6,2% pada April. Sejak Perdana Menteri Shinzo Abe menjabat pada Desember 2012, ekspor Jepang belum pernah melonjak tinggi.
Abe diminta memperhatikan strategi pertumbuhannya untuk meningkatkan keunggulan perusahaan-perusahaan Jepang di antara perusahaan multinasional lain.
Ekonom Dai-ichi Life Research Institute, Koichi Fujishiro menyampaikan pemulihan ekonomi global akan berperan penting terhadap mata uang Jepang dan kemampuan ekspor Jepang. “Kejatuhan ekspor berhubungan langsung dengan peningkatan rasio produksi luar negeri,” kata Fujishiro.
Adapun impor jatuh 0,4% pada Mei dari periode yang sama tahun lalu, setelah meningkat 6,2% pada April, terdorong belanja konsumen yang jatuh setelah kenaikan pajak penjualan.
Penurunan pertama ini menyumbang defisit sebesar yen675,9 miliar. Adapun pendapatan surplus dari investasi luar negeri pada Mei adalah yen1,47 triliun, mengompensasi defisit neraca perdagangan.
“Depresiasi yen mengangkat biaya marjinal yang harus dikeluarkan eksportir Jepang,” ungkap riset ekonom The Fed, Mary Amiti yang dilakukannya bersama beberapa peneliti dari beberapa universitas di Amerika.
Abe sedang berencana memangkas pajak korporasi secara bertahap, menurunkannya hingga ke level di bawah 30% dalam beberapa tahun ke depan. Hal tersebut dilakukannya sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing perusahaan Jepang dan meningkatkan investasi asing.