Bisnis.com, MEDAN—Pengamat politik menilai pemerintah patut waspada dan siaga dalam mengawal jalannya pemilihan presiden (pilpres) di Sumatra Utara kali ini untuk menghindari konflik yang bakal merembet ke segala sektor, termasuk ekonomi.
Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Sumatra Utara (USU) Badarudin mengatakan alasan utamanya adalah, sejak reformasi baru kali ini calon presiden yang ada mengerucut hanya menjadi dua nama.
“Pergesekan jelas lebih keras, karena sifatnya langsung, satu lawan satu. Hal itu berbeda jika calon presiden lebih dari dua,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (8/7).
Apalagi, lanjutnya penggunaan media untuk berkampanye semakin bervariatif. Hal itu membuat masyarakat bisa mengakses berita mengenai capres dari kedua belah pihak melalui media apapun.
“Selain itu, saya melihat swing voters di Sumatra Utara kali ini bakal berkurang banyak,” ujarnya.
Pasalnya, lanjut Badarudin, adanya debat capres yang berlangsung secara berlanjut turut membantu para swing voters untuk menentukan pilihannya. Menurutnya, dengan hanya dua capres yang mengikuti debat, swing voters tersebut bisa lebih yakin melihat kualitas capres.
“Saya yakin, adanya hal itu bakal membuat partisipasi pilpres tahun ini diatas 70%,” katanya.
Namun, Badarudin menilai, karena partisipasi yang bakal melonjak, sebaiknya pemerintah dan aparat keamanan bersiap untuk mempersiapkan sistem yang menghindari konflik jika ditemukan kecurangan.
“Harus dengan alur yang tidak represif, apalagi saat ini ada Mahkamah Konstitusi. Jangan sampai konflik pilpres membuat kegiatan masyarakat terganggu, seperti kegiatan ekonomi dan investasi,” katanya.
Analis ekonomi Danareksa Sekuritas Cabang Medan Gunawan Benjamin mengatakan, optimisme pelaku pasar terhadap salah satu calon yang dijagokan akan menang memang membuat pelaku pasar sempat optimis dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebelumnya.
“Akan tetapi, dengan kenaikan yang signifikan pada perdagangan kemarin berpeluang menciptakan tekanan jual akibat aksi profit taking,” ujarnya melalui surat elektronik, Selasa (8/7).
Menurutnya, pelaku pasar saat ini tengah mencermati perkembangan hasil survei pemilihan presiden yang akan berlangsung besok. Pasar juga terus mencermati berbagai kemungkinan buruk dari hasil pilpres besok.
“Berbagai skenario yang mungkin muncul adalah kemungkinan terpilihnya Presiden yang tidak sesuai dengan keinginan pasar. Hal tersebut tentunya bisa membuat IHSG terkoreksi dalam,” bebernya.
Akan tetapi, lanjutnya, siapapun yang terpilih tidak akan mampu membendung koreksi yang terjadi pada IHSG. Mengingat fundamental ekonomi kita yang nantinya akan lebih banyak mempengaruhi kinerja IHSG.
“Sehingga secara keseluruhan ada plus minus jika masing-masing kandidiat ini menang nantinya. Dan tetap saja fundamental ekonomi kita yang akan menjadi landasan dalam jangka panjang sebagai acuannya,” tukas Gunawan.