Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penggunaan Ruble dalam Transaksi Internasional Tergerus

Ambisi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menjadikan ruble sebagai mata uang global tersandung dengan krisis geopolitik di Ukraina.
Lapangan Merah Rusia. Penggunaan Ruble dalam Transaksi Internasional Tergerus.
Lapangan Merah Rusia. Penggunaan Ruble dalam Transaksi Internasional Tergerus.

Bisnis.com, NEW YORK—Ambisi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menjadikan ruble sebagai mata uang global tersandung dengan krisis geopolitik di Ukraina.

Putin telah mempromosikan penggunaan ruble dalam perdagangan dan pembiayaan sebagai bagian dari upayanya untuk menyeimbangkan kekuataan global.

Tetapi, pencaplokan Krimea oleh Rusia yang membuahkan sanksi ekonomi dari Amerika Serikat dan Uni Eropa justru merugikan Negeri Beruang Merah itu sendiri.

Data Bloomberg menunjukkan penggunaan rubel dalam sistem pembayaran internasional merosot tajam di antara mata uang emerging markets lainnya selama 12 bulan hingga Mei tahun ini. Kontras dengan ruble, yuan mencetak kenaikan signifikan dalam periode yang sama.

Berdasarkan Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT), mata uang Rusia ini tergelincir ke peringkat 18 dari penggunaan transaksi internasional.

“Sanksi ekonomi membuat rubel sulit berkembang. Kami memperkirakan tren itu akan berlanjut selama beberapa waktu karena ruble diasosiasikan penuh dengan risiko,” kata Ivan Manaenko, Kepala Riset Veles Capital LLC di Moskwa, Senin (7/7/2013).

Tidak hanya itu, Manaenko mengungkapkan sistem tambahan untuk meminimalisir risiko sehingga membuat ruble semakin mahal.

Masih berdasarkan SWIFT, penggunaan ruble dalam sistem transfer uang juga merosotmenjadi 0,35% dari 0,62% dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, yuan meningkat menjadi 1,47% dari 0,87% dari tahun lalu, mencatatkan yuan sebagai mata uang ketujuh yang paling banyak digunakan.

Dolar dan euro masih menjadi mata uang dominan yang digunakan dalam sistem pembayaran internasional yaitu masing-masing 42% dan 32%.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ismail Fahmi
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper