Bisnis.com, PRANCIS - Aktivitas perekonomian dunia paruh kedua tahun ini diharapkan menguat dan terakselerasi pada 2015, menyusul berbagai estimasi optimistis para ekonom. International Monetary Fund (IMF) memprediksikan pertumbuhan global paruh kedua bisa lebih lemah dari ekspektasi, terdorong oleh masih lemahnya perekonomian China.
Direktur IMF Christine Lagarde mengatakan bank sentral harus terus menopang perekonomian, melalui berbagai kebijakan akomodatif. Kebijakan akomodatif bank sentral, menurut Lagarde, selama ini masih berdampak kurang signifikan pada pertumbuhan.
"Aktivitas ekonomi global membaik, namun momentum penguatan belum tiba. Potensi pertumbuhan masih lemah dan investasi stagnan," kata Lagarde di Prancis, Minggu (6/7/2014). Ia mengajak masyarakat dunia optimis, karena emerging market, termasuk China, tengah berupaya bangkit.
Agustus mendatang lembaga moneter dunia tersebut akan merilis proyeksi pertumbuhan global. Diharapkan, data menunjukkan perkembangan dari yang dipublikasikan IMF pada April lalu.
Sampai saat ini, menurut Lagarde, IMF masih mengkhawatirkan pertumbuhan raksasa ekonomi kedua dunia, China. Negeri Tirai Bambu diestimasikan dapat tumbuh 7%-7,5% pada 2014 ini.
Hingga kini, China masih dibayang-bayangi ancaman perbankan bayangan dan kebekuan pasar propeeti yang menimpa rata kota-kota di China. Padahal, data Purchasing Managers Index (PMI) yang dirilis pekan lalu menunjukkan sektor manufaktur China menguat dan siap menopang perekonomian.
Lagarde menambahkan pascakrisis, perekonomian global kini memulih. Negara-negara dinilai haris terus mendorong permintaan, karena kemampuan bank sentral amat terbatas. "Kita harus terus berupaya memperkuat pertumbuhan. Saat ini adalah kesempatan bagi negara-negara untuk mulai meningkatkan investasi, tanpa mengancam kelangsungan keuangan negara," jelas Lagarde.
Ia berulangkali mengingatkan negara untuk berhati-hati dalam berinvestasi, meski saat ini adalah momentum untuk meningkatkan investasi publik.
Mengenai perekonomian Amerika Serikat, Lagarde menuturkan saat ini perekonomian negeri Paman Sam pun masih rentan, setelah terkontraksi pada kuartal pertama lalu. Di sisi lain, Zona Euro tengah bangkit dari resesi.
"Penting untuk zona tersebut mengimplementasikan reformasi, termasuk menyelesaikan rencana penyatuan bank," katanya.