Bisnis.com, WASHINGTON -- Amerika Serikat kian memperlihatkan kesungguhannya untuk mengatasi krisis yang sedang terjadi di Irak.
Militer Amerika Serikat dilaporkan menerbangkan "sejumlah kecil" pesawat bersenjata tanpa awak di atas Baghdad.
Pengiriman pesawat bersenjata tanpa awak itu didalihkan sebagai upaya AS melindungi pasukan dan para diplomat Amerika yang berada di ibukota Irak --jika diperlukan, kata seorang pejabat tinggi AS, Jumat (27/6/2014).
"Selama 24 hingga 48 jam terakhir, kita sudah memulainya," kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan identitasnya kepada AFP.
Langkah itu dilakukan setelah Amerika Serikat mengerahkan 180 tentaranya sebagai penasihat militer dalam beberapa hari terakhir ini untuk membantu tentara pemerintah Irak menangkis pergerakan gerilyawan Suni, yang telah menguasai wilayah utara dan barat Baghdad.
Namun, para pejabat mengatakan pesawat-pesawat bersenjata tanpa awak itu tidak akan melakukan serangan terhadap gerilyawan Suni --langkah seperti itu harus diputuskan oleh Presiden Barack Obama.
Pesawat-pesawat akan berada di wilayah itu sebagai persiapan untuk melindungi keberadaan para warga Amerika di Baghdad, atau apa yang disebut militer sebagai "perlindungan pasukan," kata para pejabat.
Obama belum memutuskan soal serangan udara namun, untuk saat ini, pasukan-pasukan Amerika sedang dipusatkan untuk mengukur keadaan militer Irak serta musuh-musuh mereka di medan perang, demikian menurut Gedung Putih dan Pentagon.
Para penasihat AS, yang sebagian besar diambil dari pasukan-pasukan operasi khusus, bersama-sama dengan pasukan yang dikirim untuk mendukung pengamanan kedutaan besar AS di Baghdad, membuat jumlah personel militer Amerika menjadi sekira 500 orang, kata para pejabat.
Pesawat-pesawat robotik bersenjata itu merupakan pengerahan tambahan dari pesawat-pesawat AS lainnya --baik yang berawak maupun tanpa awak-- yang melakukan sekira 30-35 penerbangan pengintaian dalam satu hari.
Operasi penerbangan dilancarkan di saat Washington berupaya mendapatkan gambaran yang lebih jelas terkait peristiwa-peristiwa di lapangan.
Operasi pengintaian mencakup pengerahan jet-jet tempur F-18 bersenjata, yang diterbangkan dari kapal induk George H. W di Teluk.