Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Agama menggelar sidang penetapan (isbat) 1 Ramadan 1435 H/2014 M yang dimulai sore ini pukul 16.30 WIB dan hasilnya diumumkan setelah salat Maghrib.
Umat Islam sedang menanti keputusan sidang isbat sebagai rujukan untuk memulai puasa Ramadan.
Menyikapi kemungkinan terjadinya perbedaan awal Ramadan, Ustad kondang Felix Siauw memberi pandangannya yang diposting di media sosial twitter dan chirpstory. Berikut kutipannya:
Yang masih bingung penentuan awal akhir Ramadan, saya sampaikan sedikit share tentangnya ya, semoga bermanfaat.
1. Sebelum bahas "Penentuan Awal-Akhir Ramadan", perlu diketahui di dalam Islam yang berlaku itu kalender qamariyah (moon calendar)
2. Berbeda dengan kalender umum saat ini (gregorian calendar) yang jadikan matahari patokan, Islam dasarkan hitungan pada siklus bulan
3. Satu siklus bulan itu = 29.5 hari dan ada 12 bulan dalam kalender hijriyah, maka 1 tahun hijriyah = 354 hari
4. Berbeda dengan kalender masehi yang 1 tahun = 365 hari, itulah mengapa Idulfitri maju setiap tahunnya sekira 11 hari
5. Hitungan 1 bulan = 29.5 hari ini sudah dikonfirmasi Rasulullah, "Ketahuilah, setiap bulan tidak pernah lebih dari 30 hari" (HR Hakim)
6. Kesimpulannya satu bulan di tahun Hijriyah itu pasti 29 atau 30 hari, nggak pernah lebih dari 30 hari, begitu pula bulan Ramadan
7. Nah, yang paling penting, bagaimana cara kita menentukan awal bulan Hijriyah? Caranya adalah dengan melihat siklus bulan
8. Bila kita perhatikan bulan, awalnya bulat hitam, kemudian muncul seujung kuku cahaya dari bawah, lalu purnama, balik lagi ke bulat hitam
9. Lihat pic, no. 1 awal bulan (hilal/newmoon), no. 6 bulan purnama (pertengahan bulan) dan no. 11 bulan habis pic.twitter.com/TxmoFkny6t
10. Jadi kalo tweeps bisa lihat bulan sekarang diluar rumah, mesti bulannya tinggal dikit sinarnya | karena sekarang penghujung Sya'ban
11. Nah, awal bulan inilah yang dinamakan dengan hilal (bulan baru/newmoon) / first visible crescent (pic: hilal) pic.twitter.com/XfnJb2AHpp
12. Kapan hilal ini muncul? Ya jelas pas akhir bulan ke bulan baru, artinya muncul antara tanggal 29 atau tanggal 30 qamariyah
13. Dalam kasus Ramadan, hilal ini akan dicari di 29 Sya'ban/27 Juni maghrib, kalo keliatan maka langsung tarawih dan 28 Juni mulai puasa
14. Kalau 29 Sya'ban/27 Juni hilal belum kelihatan? Berarti Sya'ban digenapkan 30 hari | maka 1 Ramadan = 29 Juni
15. Mulainya puasa itu 'melihat' hilal | "berpuasalah kalian jika melihat hilal, berbukalah (Idulfitri) saat melihat hilal" (HR Bukhari)
16. Nah, disini muncul perbedaan, ada pendapat yg katakan harus dengan melihat (rukyat), yang lain katakan boleh dihitung (hisab)
17. Semua pendapat itu tentu punya dalil dan itu boleh, tapi saya ambil dalil yang kuat yaitu harus melihat hilal (rukyat hilal)
18. Diantara yang berpendapat harus rukyat hilal (melihat hilal), terbagi lagi 2 pendapat | 1) rukyat lokal, 2) rukyat internasional
19. Yang menganut rukyat lokal mengharuskan melihat dengan mata sendiri, misal: Indonesia rukyat sendiri, Malaysia rukyat sendiri
20. Yang menganut rukyat internasional tidak haruskan melihat sendiri, asal satu Muslim aja sudah melihat, maka seluruh dunia berlaku
21. Ulama 4 madzhab kecuali madzhab Syafi'i menganut rukyat internasional, sedang madzhab Syafi'i menganut pendapat rukyat lokal
22. Para ulama madzhab Syafi'i berpendapat, setiap daerah bila sudah beda 120 km, boleh tentukan sendiri lihat rukyatnya
23. Itu karena teknologi zaman lampau, metode komunikasi paling canggih itu kuda yang seharian hanya bisa tempuh maksimal 120 km
24. Karena itu madzhab Syafi'i berikan solusi bagi teknologi saat itu, dengan gunakan ijtihad rukyat lokal bukan rukyat global
25. Untuk saat ini, ada TV, ada HP, internet dan lainnya, seharusnya sekarang bisa semua berpuasa di hari yg sama dengan rukyat global
26. Kenapa bisa puasa dan Id-Fitri di hari sama? Karena ujung satu dan ujung lain di dunia terjauh takkan lebih dari selisih 12 jam
27. Artinya perbedaan sekarang lebih kepada perbedaan karena politis dan nasionalisme ketimbang beda ijtihad hukum fiqih
28. Boleh saja beda fiqih, karena namanya ijtihad ulama madzhab, kalo ijtihad itu bener dapat 2 pahala, kalo salah dapat 1 pahala
29. Ok, kita fokus ke awal Ramadhan 1435 H ya? Kemungkinan besar tahun ini sepertinya ada beda awal Ramadhan
30. Kita ketahui Muhammadiyah telah tetapkan 1 Ramadhan = 28 Juni dengan metode hisab, sementara pemerintah bisa menunggu NU rukyat hilal
31. NU menganut rukyat hilal lokal | dan tanggal 27 Juni maghrib, hilal mustahil terlihat dari indonesia (liat pic) pic.twitter.com/reIlnttHVq
32. Artinya, NU bakal genapkan Sya'ban 30 hari, dan puasa 29 Juni, karena hilal baru terlihat 28 Juni maghrib pic.twitter.com/9GJRQwnK8y
33. Kalau begitu kita ikut yang mana? Hidup itu pilihan, yang manapun yang ada dalilnya, rukyat lokal atau global, silakan
34. Saya pribadi mengkaji dalil, bagi saya yang kuat itu ikutan rukyat global | artinya di bumi manapun bila ada yang sudah lihat hilal, sah
35. Intinya, kapan mulai puasa? Ya ketika hilal Ramadhan dah nampak di mata siapapun yg lihat, maka itu sudah sah bagi semua Muslim
36. Jadi, besok 28 Juni sahur aja. Bila ada kabar dari belahan bumi barat sudah terlihat hilal, maka kita mulai puasa 28 Juni itu juga
37. kalo 28 Juni belum ada kabar dari manapun di dunia, timur-barat maka pasti puasa dimulai 29 Juni
38. yang jelas puasa nggak mungkin mulai di tanggal 30 Juni atau 1 Juli, nggak ada dalilnya sama sekali, 28 atau 29 Juni masih ada dalil
39. Seluruh dunia biasa seperti itu, tungguin kabar 1 Ramadhan dan langsung puasa saat mendengar kabar itu
40. di internet kabar hilal bisa dilihat misal di moonsighting.com, saya juga biasanya mantau dan kasi kabar via sosmed
41. Yang masih kurang jelas, boleh baca tulisan tentang "Penentuan Awal-Akhir Ramadhan" ini >> download di >> https://www.mediafire.com/view/?4e5qcr55c6ym6ab
42. Yang jelas yang manapun pendapat yang kita ambil, yang penting adalah kita tahu dasar penentuannya dan saya sudah sampaikan
43. Mau ambil pendapat hisab, rukyat lokal atau rukyat global, selama tahu dalilnya, it's ok, memahami dalil itu yang penting
44. Karena bila memahami dalil kita jadi paham dan legowo dengan perbedaan, menghargai sesama muslim asal mereka sama punya dalil.