Bisnis.com, TOKYO – Inflasi konsumen Jepang diekspektasikan terakselerasi pada Mei, terdorong oleh pendapatan bahan bakar yang meningkat. Kondisi harga pun diprediksikan meningkat, seiring kompetisi ketat pasar tenaga kerja yang mandorong belanja.
Permintaan tenaga kerja pada Mei diprediksikan berada di level terkuat dalam tujuh tahun terakhir. Sebelumnya, BOJ sempat menyampaikan dorongan kenaikan upah akan menjaga permintaan domestik, sehingga aktivitas ekonomi tetap terarah.
Adapun belanja konsumen tampaknya akan menurun pada Mei, memperkuat asumsi yang mengatakan dampak kenaikan pajak penjualan masih akan terasa. Namun angka inflasi yang akan dirilis pemerintah pada 27 Juni mendatang diprediksikan akan mendekati target 2% pemerintah.
“Harga konsumen telah melonjak di luar perkiraan BOJ, sehingga bank sentral tidak perlu mengubah target inflasinya,” kata ekonom senior Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities, Hiroshi Miyazaki, Jumat (20/6). Menurutnya, alasan lain yang dapat mendorong inflasi Mei mendekati target adalah ketatnya pasar tenaga kerja.
Sementara itu, gubernur Bank of Japan (BOJ) Haruhiko Kuroda mengklaim stimulus moneter dalam jumlah besar yang digelontorkan telah mennghantarkan maksud BOJ untuk segera memulihkan perekonomian Jepang dan menstabilkan harga-harga.
Menurutnya, ia tak melihat adanya perubahan signifikan pada harga Jepang pascakenaikan pajak penjualan per 1 April 2014.
“Bank sentral akan mengawasi risiko dari segala arah pada perekonomian dan harga, dan tak akan ragu mengambil tindakan jika dibutuhkan demi mencapai target inflasi 2%,” katanya.