Bisnis.com, TOKYO—Aktivitas ekspor Jepang pada Mei lalu mengalami penurunan kali pertama dalam 15 bulan terakhir, terdorong melemahnya permintaan dari Amerika Serikat dan Asia.
Kondisi tersebut menambah rentetan tugas Perdana Menteri Shinzo Abe yang tengah berupaya mematahkan prediksi bahwa perekonomian Jepang kuartal ini akan terkontraksi.
Laporan Kementerian Keuangan Jepang yang dipublikasikan Rabu (18/6) menunjukkan tingkat pengiriman ke luar negeri jatuh 2,7% dari periode yang sama tahun lalu, hampir dua kali lipat dari prediksi 29 ekonom yang disurvei Bloomberg News yaitu penurunan sebesar 1,3%. Pada April, ekspor meningkat 5,1%.
Kepala ekonom Meiji Yasuda Life Insurance Co, Yuichi Kodama, mengatakan saat ini negara-negara berkembang seperti China tengah mengalami perlambatan. Ini merupakan faktor utama jatuhnya ekspor Jepang.
“Ekspor akan membaik secara bertahap. Bagaimanapun ekspor tidak cukup kuat untuk menopang pertumbuhan ekonomi Jepang,” kata Yuichi di Tokyo.
Hal senada disampaikan ekonom Sumitomo Mitsui Asset Management Co, Hiroaki Muto. Menurutnya, jika kelak ekonomi A S pulih, ekspor Jepang pun akan naik.
“Jika perekonomian AS membaik, ekpor Jepang pun akan naik. Namun ini akan membutuhkan waktu yang tidak singkat,” kata Hiroaki.
Dia menambahkan jatuhnya ekspor bukan merupakan dampak negatif dari kenaikan pajak penjualan yang kini berada di level 8% dari sebelumnya 5%.