Bisnis.com, SURABAYA -- Sebanyak 11 mahasiswa baru ITS terancam dicoret dari program penerimaan khusus.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mencurigai data dari 11 calon mahasiswa baru penerima program Bidik Misi dari jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) 2014.
"Itu karena data-data mereka meragukan, karena itu mereka akan kami visitasi ulang, tentu kalau tidak benar akan dicoret," kata Humas SNMPTN dari ITS Dr Ismaini Zain di Surabaya, Rabu (18/6/2014).
Ia mengatakan ke-11 peserta Bidik Misi itu diduga tidak memenuhi ketentuan sebagai penerima beasiswa pendidikan untuk siswa miskin berprestasi itu.
"Sesuai ketentuan, pendapatan orang tua penerima Bidik Misi itu maksimal Rp3 juta atau jika dibagi dengan jumlah anggota keluarga hanya sekitar Rp750.000 per orang," katanya.
Namun, ke-11 calon penerima beasiswa itu ada yang pendapatan orang tuanya mencapai Rp4 juta atau bahkan Rp9 juta. Ada juga yang pendapatannya ditulis Rp3 juta, tetapi memiliki mobil atau rumahnya besar.
Ke-11 calon penerima Bidik Misi yang diragukan akurasi datanya itu berasal dari Surabaya, Sidoarjo, Bali, dan Jakarta, sedangkan data secara rinci masih menunggu hasil visitasi.
Dalam visitasi itu, pihaknya akan melihat secara detil kondisi ekonomi keluarga dari calon penerima Bidik Misi itu dengan melakukan wawancara secara detil atau bahkan survei lapangan.
"Jika memang data-datanya tidak benar, maka kami akan menggagalkan dia sebagai mahasiswa ITS. Jadi, dia tidak hanya gagal sebagai penerima Bidik Misi, tetapi juga gagal menjadi calon mahasiswa ITS," katanya.
Menurut dia, kuota penerima Bidik Misi di ITS melalui SNMPTN ada 440 calon mahasiswa baru, sehingga bila ada yang gagal, tentu akan mengurangi kuota itu.
"Tahun 2013, ada sembilan penerima Bidik Misi dari jalur SNMPTN yang divisitasi dan akhirnya satu orang digagalkan sebagai calon mahasiswa baru ITS," katanya.
Selain dari jalur SNMPTN, calon penerima Bidik Misi juga bisa didapat dari jalur SBMPTN, atau bahkan jalur Mandiri, namun semuanya tetap melalui proses visitasi yang terkadang langsung ke lapangan.