Bisnis.com, BEIJING -- Harga rata-rata rumah baru China pada Mei lalu jatuh untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir, dan pelemahan harga menyebar rata ke kota-kota di China. Kondisi ini menandakan kebekuan pada pasar properti mulai tampak, dan kemungkinan besar akan berisiko pada pertumbuhan ekonomi China.
Harga rumah bulanan pada Mei turun 0,2%, menyusul data yang dipublikasikan pekan lalu yang menunjukkan perlambatan investasi pada sektor properti. Di saat yang sama penjualan properti dan konstruksi tengah tumbang. Padahal, sektor properti sempat menjadi sektor yang menarik bagi investor.
"Jika kebekuan di pasar real estat berlanjut, otoritas harus berupaya lebih untuk mencegah dampak luasnya pada perekonomian," kata peneliti Chinese Academy of Social Sciences (CASS), Lv Fengyong.
Adapun sektor real estat menyumbang lebih dari 15% output ekonomi China, dan secara langsung berdampak pada 40 sektor bisnis lain. Pengaruh luas ini menambah kemungkinan semakin melemahnya ekonomi China.
Para analis berspekulasi alasan jatuhnya harga rumah adalah persediaan rumah dalam jumlah besar yang tidak terjual. Kondisi ini diprediksikan akan terus menggerus harga rumah dalam beberapa bulan ke depan. Saat ini harga masih turun tipis, setidaknya menghindari China dari pendaratan tiba-tiba perekonomian.
Ahli statistik Biro Statistik Nasional China, Liu Jianwei, menyampaikan selain tingginya persediaaan, ketidakjelasan ekspektasi pasar juga mendorong harga rumah China jatuh.
“Kejatuhan sektor properti akan menjadi risiko terbesar bagi pertumbuhan perekonomian China pada 2014 dan 2015,” ungkaP ekonom UBS Bank, Wang Tao.