Bisnis.com, HANOI – Munculnya gerakan anti-China di Vietnam bulan lalu dinilai dapat dijadikan momentum oleh sektor perdagangan untuk berhenti menggantungkan diri pada China.
Ekonom Bank of America Corp Chua Hak Bin mengatakan gerakan anti-China memaksa pelaku bisnis Vietnam untuk mencari kolega lain.
“Ini merupakan hal baik untuk melakukan diversifikasi. Vietnam pun tentu tidak mau terlalu menggantungkan diri pada negara lain, terutama jika kondisi ketegangan politik menghampiri,” kata Hak Bin di Singapura, Selasa (17/6/2014).
Bertahun-tahun, para pelaku bisnis garmen di Vietnam mengandalkan China untuk memasok bahan utama, yaitu benang, mencapai 90% dari total pasokan.
Namun setelah bulan lalu muncul gerakan anti-China di Hanoi, mereka mencoba mengalihkan kebergantungannya ke Korea Selatan.
“Ini sebenarnya memakan biaya lebih banyak untuk pengiriman, tetapi kami harus mulai memikirkan hal ini [berhenti bergantung pada China]. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti,” kata Oanh, salah satu pelaku bisnis garmen Viet Hung Garments & Embroidery yang mempekerjakan sekitar 200 orang.
Bulan lalu, muncul gerakan anti-China di Vietnam menyusul rencana China untuk menempatkan alat pengebor minyak di daerah perairan yang merupakan area sengketa China-Hanoi.
Para demonstran turun ke jalan, hingga menyebabkan pabrik-pabrik milik asing memberhentikan produksinya. Para pekerja China di Vietnam pun lari menyelamatkan diri.
Di sisi lain, China merupakan partner dagang terbesar Vietnam. Pascakerusuhan tersebut, Ketua Kamar Dagang dan Industri Vietnam, Vu Tien Loc menyampaikan negaranya harus mengurangi ketergantungan dan menyusun rencana darurat untuk menyelamatkan sektor perdagangan.
Bisnis lain di Vietnam pun harus mencari alternatif lain, seiring rencana Negeri Mawar untuk mengajukan gugatan hukum untuk melawan klaim negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia atas daerah yang masih dipersengkatakan tersebut.