Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Tersandera Sanksi Ekonomi Barat

Setelah Rusia menyetop suplai gas ke Ukraina hingga makin memperburuk hubungannya dengan Eropa dan Amerika Serikat, Negeri Beruang Merah ini harus menghadapi dilema lainnya.

Bisnis.com, HOUSTON—Setelah Rusia menyetop suplai gas ke Ukraina sehingga makin memperburuk hubungannya dengan Eropa dan Amerika Serikat, Negeri Beruang Merah ini harus menghadapi dilema lainnya.

Rusia masih membutuhkan Exxon Mobil Corp., Halliburton Co., dan BP Plc untuk menmpertahankan produksi gas dari ladang minyak, mengembangkan Arctic, dan cadangan shale.

Tidak dipungkiri, Rusia masih membutuhkan teknologi perusahaan AS itu untuk memberikan teknik pengeboran modern dan peralatan produksi, misalnya hydraulic fracturing.

Mesin tersebut berfungsi untuk mengebor minyak mentah yang setara dengan US$8,2 triliun dan masih tersimpan di dalam perut bumi.

Pemutusan pasokan gas ke Ukraina oleh Rusia itu menambahkan kerumitan bagi perusahaan energi yang bertugas mencari pasokan gas dan minyak mentah.

Untuk itu, beberapa pembuat keputusan dari korporasi eksplorasi minyak internasional akan membicarakan persoalan tersebut di acara tengah berkumpul World Petroleum Congress.

“Dibalik itu, ada harga yang harus dibayar. Untuk pelaku pasar yang besar, itu merupakan salah satu prioritas pasar di masa depan,” kata Alexander Robart, analis PacWest Consulting Partners LLC di Houston, Selasa (17/6).

Keputusan Rusia untuk menyetop pasokan gas ke Ukraina semakin memperburuk ketegangan politik bagi perusahaan di tengah upaya ekpansi bisnis.

Selain itu, memanasnya hubungan Rusia dengan Ukraina justru semakin meningkatkan peluang bagi AS dan Eropa untuk menetapkan sanksi tambahan.

Ukraina gagal membayar utang senilai lebih dari US$4,4 miliar pada pengiriman November dan Desember tahun lalu, serta April-Mei tahun ini.

Akibatnya, Rusia melalui Gazprom, menyetop gas ke Ukraina dan hanya menyalurkan gas ke konsumen di Eropa.  

Tetapi, Bob Dudley, Direktur BP Plc mengungkapkan sanksi ekonomi AS dan Eropa belum memberikan efek ke Rusia.

“Kami masih bekerja seperti biasa dan sanksi tersebut belum memberikan efek pada aktivitas bisnis,” tekannya.

Berdasarkan Energy Information Administration (EIA) AS, Rusia merupakan negeri dengan produksi minyak terbesar di dunia yang mencapai 10 juta barrel per hari pada 2013.

Untuk mempertanahkan produksinya, Rusia harus menggunakan teknologi tercanggih guna menyedot minyak dari batuan keras di Siberia Barat.     

“Tanpa ahli dan teknologi dari Barat, sepertinya sulit untuk mengejar level produksi minyak yang lalu. Rusia tidak memiliki pilihan lainnya,” tambah David Pursell, analis Tudor Pickering Holt & Co.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper