Bisnis.com, NEW DELHI - Pascaterpilih sebagai perdana menteri bulan lalu, Narendra Modi menyusun langkah untuk memicu perekonomian India. Namun tampaknya programnya harus tertunda, mengingat saat ini hujan India tengah mengalami ketidakpastian musim.
Departemen Cuaca India melaporkan tahun ini curah hujan akan berada di bawah normal. Ini akan mengancam percepatan inflasi India dan menahan pertumbuhan. Saat ini, inflasi India merupakan yang tertinggi kedua di Asia.
Ekonom HSBC Holdings, Frederic Neumann memprediksikan penurunan 10% curah hujan dapat berkontribusi pada leboh dari 1% indeks harga konsumen. Efeknya, kondisi ini menyebabkan penurunan 0,5% pertumbuhan ekonomi.
“Dalam jangka pendek, yang dapat dilakukan Modi adalah berharap turunnya hujan. Kekeringan akan mendongkrak harga bahan makanan, dan menyebabkan pengeluaran investasi oleh bank sentral memburuk,” kata Neumann, Jumat (13/6/2014).
Cuaca kering dinilai akan mengancam keinginan Modi untuk mempersempit defisit fiskal, seiring rencananya untuk mempublikasikan anggaran ekonomi India pada Juli mendatang.
Ekonom DBS Bank Ltd Singapura, Radhika Rao menyampaikan pemerintahan Modi menghadapi tantangan besar untuk memenuhi target defisit anggaran. Tantangan ini semakin besar mengingat cuaca kering seperti yang pernah terjadi pada 2009 lalu, akan membengkakkan biaya fiskal.
“Pemerintah harus memprioritaskan dan menyediakan alternatif lain untuk menghindari dampak inflasi,” kata Rao.