Bisnis.com, JAKARTA— Inflasi India melambat melampaui estimasi dan produksi industri terakselerasi di tengah upaya Perdana Menteri Narendra Modi memerangi inflasi.
Badan Pusat Statistik mencatat harga konsumen tumbuh menjadi 8,28% pada Mei 2014 year-on-year (yoy), turun dari 8,59 pada April lalu. Padahal, survei Bloomberg memperkirakan kenaikan inflasi hingga 8,4%.
Laporan lainnya menyebutkan produksi industri meningkat 3,4% pada April 2014, melebihi estimasi sebelumnya yaitu 1,9%.
“Prospek ekonomi India bergantung pada iklim dan bagaimana pemerintah mengatur risiko, meski terlalu awal untuk mengatakan kebijakan pemerintah baru berfungsi efektif,” ucap Miguel Chanco, ekonom Capital Economics Ltd. di Singapura seperti dikutip Bloomberg, Kamis (12/6/2014).
Dirinya juga berpendapat Reserve Bank of India (RBI) akan mempertahankan kebijakan moneternya, setidaknya hingga akhir tahun ini atau tahun depan.
Rupee terkoreksi menjadi US$59,25 sebelum data inflasi dirilis sedangkan indeks saham S&P BSE terkerek naik 0,4%. Imbal hasil obligasi 10 tahun juga naik 8,55% dari 8,54%.
Standar Chartered menambahkan inflasi berpeluang untuk melambat menjadi 6,5%, jika monsoons mulai normal sedangkan musim kemarau justru memacu inflasi ke level double digit.
Langkah prioritas Modi setelah menjabat Perdana Menteri India adalah meredam kenaikan harga makanan, selagi membangkitkan ekonomi yang selalu tumbuh lambat.
Tidak hanya itu, bank sentral juga mengindikasikan kebijakan pelonggaran moneter lanjutan, jika inflasi melambat lebih cepat daripada yang diperkirakan.