Bisnis.com, HONG KONG – Serikat dagang Kanada, India, dan Italia di Hongkong bersatu bersama pedagang penghubung (makelar) dan para eksekutif, menentang rencana gerakan pro-demokrasi yang dinilai dapat melumpuhkan aktivitas bisnis.
Gerakan Occupy Central sebelumnya mengancam a akan membuat aktivitas bisnis Hong Kong mandeg jika tuntutan mereka atas hak pilih universal tidak dipenuhi.
Gerakan ini merespon pemerintah China yang menyampaikan akan ambil peran dalam menentukan pemimpin baru Hong Kong.
“Occupy Central seharusnya mendiskusikan argumentasi mereka melalui cara lain. Mereka berpotensi melumpuhkan aktivitas bisnis di Central Business District, ” ungkap Serikat Dagang lewat sebuah publikasi di salah satu harian nasional China, Rabu (11/6/2014).
Serikat Dagang juga menyampaikan bahwa mereka tidak bisa diam jika aksi politk mengganggu aktivitas bisnis.
“Hal tesebutjuga dapat merugikan para pekerja dan keluarganya yang merupakan warga Hongkong,” tulis publikasi tersebut.
Perdebatan bagaimana menentukan pemimbin baru pada 2017 dinilai telah memecah belah warga salah satu pusat bisnis China tersebut.
Meski meminta menentukan sendiri pemimpinnya, hingga saat ini pemerintah pusat China bersikeras melakukan untuk melakukan pemeriksaan terhadap para kandidat.
Hong Kong telah mengadopsi otonominya sendiri selama 50 tahun, dengan menerapkan program kebijakan “Satu Negara, Dua Sistem” setelah Inggris mengembalikan teritorialnya ke China pada 1997.
Oleh karenanya, Occupy Central amat menentang campur tangan pemerintah China dalam proses pemilihan pemimpin.