Bisnis.com, DENPASAR—Kawasan Seminyak, Bali masih menjadi incaran dari pengusaha hotel dan villa meskipun telah tergolong padat dengan berbagai fasilitas akomodasi.
Salah satu perusahaan yang membidik wisatawan di kawasan ini adalah PT Bracha Mitra Perkasa, milik keluarga Martha Lia, yang baru saja meluncurkan Villa Bracha untuk segmen menengah atas.
Villa kelas premium ini terdiri atas 15 unit yang semuanya dilengkapi dengan private pool, halaman dan taman bunga. Sepuluh villa memiliki satu kamar tidur, empat villa dengan dua kamar tidur, serta sebuah villa dengan tiga kamar tidur.
Martha Lia sebagai pemilik mengatakan Villa Bracha merupakan proyek pertamanya dalam bidang properti, setelah sebelumnya menggeluti beberapa usaha lain.
“Kenapa saya memilih villa, karena setiap saya ke Bali pasti saya tinggal di villa, bukan di hotel. Saya bermimpi untuk memiliki villa di Bali yang akhirnya terwujud,” ujarnya, Jumat (23/5/2014)
Villa Bracha dibangun di atas lahan 3000m2 dengan gaya arsitektur yang simple, elegan ditambah sentuhan khas Bali.
Desain interior villa ini digarap oleh Handi Suryadi yang dikenal sebagai Kuple. Sementara itu, operasional Villla ini bekerja sama dengan Premier Hospitality Asia.
Martha enggan untuk menyebutkan nilai investasi yang dikeluarkan untuk membangun Bracha. Selain itu, dia juga mengaku tidak memiliki target spesifik kapan investasi tersebut akan kembali.
“Kami tidak profit oriented, karena ini merupakan passion kami sejak lama,” ujarnya.
Rama Budi, Public Relation Villa Bracha, mengatakan pangsa pasar yang menjadi target adalah kalangan menengah ke atas serta para pasangan yang sedang berbulan muda.
Dia menjanjikan layanan di Bracha akan personal dan profesional termasuk permintaan khusus dari para tamu. “Kami bekerja sama dengan konsultan untuk memenuhi setiap special request,” jelasnya.
Dalam catatan Bisnis, ada beberapa proyek properti yang sedang tahap pembangunan di kawasan Seminyak, a.l. Hotel Alila Seminyak yang ditargetkan beroperasi pada triwulan IV 2014.
Namun, proyek pembangunan Hotel yang direncanakan memiliki lebih dari 240 kamar ini mengalami kendala setelah ada inspeksi mendadak dari DPRD Bali dan Badan Lingkungan Hidup Bali, yang menemukan sejumlah dugaan pelanggaran.
