Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Sepakati Suplai Gas 30 Tahun ke China

Kendati kesepakatan harga belum ada publikasi resmi terkait nilai kontrak gas, akhirnya Rusia menandatangani perjanjian kerja sama suplai gas ke China.
/Bloomberg
/Bloomberg

Bisnis.com, SHANGHAI—Kendati kesepakatan harga belum dipublikasikan secara resmi terkait dengan nilai kontrak gas, akhirnya Rusia menandatangani perjanjian kerja sama suplai gas ke China.

Dalam kerangka kontrak tersebut, Rusia akan menyuplai gas 38 juta cubic meters (cbm) per tahun hingga 30 tahun ke depan. Kontrak perdagangan gas antara Rusia dan China itu disebut-sebut bernilai US$400 miliar.

Setelah terkatung-katung selama hampir satu dasawarsa, kontrak antara Rusia dengan China akan memungkinkan OAO Gazprom untuk membangun ladang gas raksasa di Siberia bagian timur, jauh dari pasar Eropa. Pendistribusian gas akan melewati pipa melewati wilayah Siberia dan akhirnya berakhir ke China.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping juga terlihat menyaksikan penandatanganan kontrak antara produsen gas raksasa Rusia, Gazprom, dengan China National Petroleum Corp (CNPC).

Putin memang mulai berbelok ke China untuk menggenjot ekonomi Rusia lantaran renggangnya hubungan Rusia dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa akibat krisis di Ukraina. Penandatanganan kesepakatan tersebut memang bertepatan dengan kunjungan Putih ke Shanghai, China selama 2 hari.

Secara simbolis, tercapainya kesepakatan perdagangan gas tersebut mewakili kesuksesan Putin untuk membangun mitra kerjasama di Asia, sekaligus merespon langkah Eropa yang berupaya untuk mengurangi pasokan gas dari Rusia.  

“Kontrak ini merupakan even yang historis. Ini [kontrak kerja sama] adalah volume gas yang sangat besar,” kata Alexey Miller, Chief Executive Officer (CEO) Gazprom di Shanghai, Rabu (21/5/2014).

Lebih lanjut, Miller mengemukakan proses penyuplaian gas akan dimulai sekitar 4-5 tahun ke depan dan konstruksi pembangunan pipa yang bakal melewati ladang Siberia ke China diperkirakan memakan biaya hingga US$22 miliar.

“Poin pentingnya, apakah China bersedia membayar uang muka yang fantastis untuk membiayai infrastruktur [pipa], semua itu masih didiskusikan,” tambahnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor :
Sumber : Bloomberg/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper