Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PEMILU INDIA: Pemerintah Baru Harus Hadapi Perlambatan Ekonomi

Pemilihan umum di India merupakan titik tolak reformasi struktural yang mampu memberikan perubahan ekonomi di tengah perlambatan pertumbuhan dan tingginya inflasi.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, NEW DELHI -- Pemilihan umum di India merupakan titik tolak reformasi struktural yang mampu memberikan perubahan ekonomi di tengah perlambatan pertumbuhan dan tingginya inflasi.

Pasalnya, konsensus ekonom memperkirakan data ekonomi pekan ini belum menunjukkan perubahan signifikan dalam perekonomian, terutama pada output industri yang diprediksi bakal terkontraksi selama 2 bulan berturut-turut.

Poling Reuters menunjukkan output dari pertambangan dan perusahaan kemungkinan merosot 1,5% year-on-year (yoy).

Tidak hanya itu, inflasi juga diyakini masih mencekik negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia ini.

Masih dalam poling Reuters, inflasi konsumen diproyeksikan tumbuh menjadi 8,48% pada April 2014 dari 8,31% bulan sebelumnya.

Harga keseluruhan akan meningkat 5,73% dibandingkan kenaikan 5,70% pada maret 2014.

Belum lagi, India masih berjuang keras untuk melawan siklus perlambatan ekonomi sejak 1980 menyusul pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) terpangkas hingga separuhnya menjadi di bawah 5% selama 2 tahun terakhir.

“Kami setuju bahwa ekonomi India perlahan mulai menguat pada beberapa kuartal terakhir. Tetapi, tetap saja masih dibutuhkan bauran kebijakan dan koordinasi pemerintah untuk keluar dari siklus perlambatan saat ini,” kata Radhika Rao, ekonom DBS di Singapura, Minggu (11/5/2014).

Menurutnya, reformasi yang selama ini didengung-dengungkan pemerintahan baru nantinya perlu disesuaikan dengan pemulihan fundamental untuk menjaga kepercayaan pasar keuangan.

Rencananya, pemerintah akan merilis produksi industri dan inflasi konsumen pada Senin (12/5), sedangkan data harga keseluruhan bakal dipublikasikan pada Kamis (15/5).

Pemerintah India sendiri mengharapkan adanya penguatan ekonomi pada tahun fiskal yang dimulai pada April lalu, tetapi semua itu tergantung pada reformasi yang akan dilakukan pemerintah baru nantinya.

Kinerja pemerintahan yang baru nantinya diharapkan mampu mengerek naik pertumbuhan investasi modal dan meredam inflasi ritel.

Sementara itu, menjelang pengumuman rekapitulasi suara legislatif, rupee tercatat meningkat ke level 9 bulan tertinggi di tengah spekulasi partai oposisi akan berjaya.

Rupee terapresiasi 0,6% menjadi 59,69 per dollar  pada pukul 10.04 pagi di Mumbai.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper