Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Manufaktur Zona Euro Masih Melemah

Data aktifitas manufaktur pada April tahun ini akan menjadi penentu European Central Bank (ECB) dalam pengucuran stimulus.Pasalnya, ECB tengah menghadapi rendahnya inflasi dan meningkatnya ketidakpastian geopolitik di Ukraina.
Industri manufaktur. Daya saing di zona Eropa masih lemah/Reuters
Industri manufaktur. Daya saing di zona Eropa masih lemah/Reuters

Bisnis.com, FRANKFURT—Data aktifitas manufaktur pada April tahun ini akan menjadi penentu European Central Bank (ECB) dalam pengucuran stimulus.Pasalnya, ECB tengah menghadapi rendahnya inflasi dan meningkatnya ketidakpastian geopolitik di Ukraina.

Konsensus ekonom Bloomberg menyatakan indeks manufaktur (Purchasing Manager Index/PMI) zona euro pada April 2014 akan berada di laju terlemah tahun ini.

Indeks manufaktur yang dirilis oleh Markit Economics Ltd. kemungkinan berada di posisi 53, turun dari PMI pada Maret tahun ini yaitu 55,5. Indeks industri jasa justru melaju menjadi 52,5 dari 52,2.

“Ekspektasi bisnis di Jerman juga akan mengalami pelemahan, beberapa faktor yang menjadi pemicu tersebut antara lain penguatan euro dan perlambatan ekonomi China,” kata Andreas Scheuerle, ekonom Dekabank di Frankfurt, Selasa (22/4/2014).

Tidak hanya itu, ketegangan politik antara Rusia dan Ukraina telah memicu ketidakpastian sehingga mengakibatkan fluktuasi harga energi. Lainnya, penguatan euro juga merusak kepercayaan pebisnis, terutama eksportir.

Christian Schulz, ekonomi senior Berenberg Bank London menambahkan meningkatnya ketegangan di Ukraina baru-baru ini berisiko merusak prospek pemulihan zona euro. Padahal, dirinya mengemukakan ekonomi zona euro tengah bergeliat, setelah krisis finansial mencederai kawasan yang terdiri dari 18 negara itu.

Laju pemulihan ekonomi zona euro yang masih lambat, melampaui estimasi sejumlah ekonom, memaksa ECB untuk mempertimbangkan pengucuran stimulus untuk menggenjot ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ismail Fahmi
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper