Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar dolar Amerika Serikat kembali menguat terhadap euro dan yen pekan ini, menyusul laporan penguatan data ekonomi yang dipicu oleh pengumuman bahwa Federal Reserve akan segera menghentikan stimulusnya tahun ini.
Dolar menguat untuk hari ke-5 akhir pekan ini terhadap mata uang lainnya setelah data manufaktur Philadelphia menunjukkan pertumbuhan pada fase tercepat dalam 7 bulan. Data lain menujukkan jumlah warga AS yang mengajukan pembayaran asuransi turun ke rekor terendah dalam 7 bulan.
Sementara itu, indeks indikator lainnya menunjukkan dolar akan terus menguat pekan depan. Dolar Australia, di lain pihak, memasuki pekan terburuknya sejak Januari. Mata uang Negeri Kanguru itu terjerembab ke rekor terburuk dalam 7 tahun terakhir.
“Klaim pengangguran dan laporan the Fed Philadelphia menunjukkan hasil baik, dan dolar diuntugkan karenanya,” ujar Kazuo Shiarai, trader Union Bank NA di Los Angeles.
Menurutnya, jika angka bekerja AS terus positif, the Fed kemungkinan akan melanjutkan tapering pada fase saat ini.
Dolar sedikit berubah pada level US$1,3816 per euro pada Kamis pagi di New York, atau menguat pada level rerata mingguan 0,5%.
Mata uang AS itu tidak berubah terhadap yen dari level 102,42 setelah sempat menyentuh 102,57 per yen atau level terkuat sejak 8 April.
Dolar sepertinya juga akan menguat pada level 0,8%, yang tertinggi sejak 11 April. Sementara itu, euro diperdagangkan pada level 141,46 yen dari 141,44 dan telah menguat sebesar 0,2% pekan ini.