Bisnis.com, TOKYO—Neraca transaksi berjalan Jepang pada Februari surplus 613 miliar yen atau setara dengan US$5,9 miliar dari rekor defisit bulanan sebelumnya karena pertumbuhan investasi luar negeri telah mengompensasi defisit perdagangan dan jasa.
Menurut Kementerian Keuangan Jepang, surplus neraca transaksi berjalan ini merupakan yang pertama kali dalam 5 bulan terakhir. Namun begitu, capaian ini masih lebih kecil dibandingkan dengan perkiraan median 29 ekonom dalam survei Bloomberg News yang memprediksi surplus 618,1 miliar yen.
“Kenaikan impor dari permintaan front loaded sebelum kenaikan pajak penjualan telah memudar. Transaksi berjalan akan tetap surplus untuk beberapa bulan ke depan ketika konsumsi domestik melemah, namun, ekspor diperkirakan terus meningkat,” kata Koya Miyamae, Ekonom SMBC Nikko Securities Inc. di Tokyo, Selasa (8/4/2014).
Pejabat Jepang menilai kekuatan ekonomi setelah kenaikan pajak penjualan pada 1 April diproyeksi memicu kontraksi pada kuartal ini.
Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) diperkirakan akan menahan tambahan pelonggaran moneter sembari menunggu efek kenaikan pajak pada konsumsi.
Indeks Topix jatuh untuk hari ketiga sebesar 1,7% pada Selasa (8/4) di Tokyo, karena saham perusahaan teknologi memperpanjang penurunannya.
Nilai mata uang menguat karena dianggap sebagai safe haven, sehingga membebani eksportir. Yen naik 0,3% terhadap dolar menjadi 102,82.
Transaksi berjalan merosot menyentuh rekor defisit pada Januari, sebagian karena efek perdagangan pada tahun baru Imlek yang dirayakan di banyak negara Asia.
Namun, pada hitungan yang disesuaikan secara musiman, neraca mengalami defisit untuk bulan kedua.