Bisnis.com, JAKARTA - Maraknya perilaku calon pemimpin atas ritual atau hal-hal di luar nalar pada setiap tahun pemilihan umum (pemilu) disebabkan masih melekatnya sebagian masyarakat Indonesia dalam menganut paham dan kultur mistisme.
Pemikir Sosial dan Kebudayaan Yasraf Amir Piliang mengatakan fenomena tersebut bukan hanya terjadi di tataran calon legislatif, tetapi pemimpin daerah hingga presiden pun masih kerap mempercayai dan melakukan proses komunikasi politik untuk memenangkan kekuasaan dengan cara di luar nalar rasional.
“Budaya Indonesia akan sangat berbeda dengan negara-negara rasional seperti halnya Jepang dan Amerika. Jadi wajar jika masih banyak perilaku para calon pemimpin kita yang tidak masuk akal,” katanya kepada Bisnis.com, Jumat (4/4/2014).
Berdasarkan informasi yang dihimpun Bisnis.com, memasuki masa pemilihan umum legislatif (pileg) dan presiden (pilpres), para calon pemimpin yang akan bertarung kerap melakukan komunikasi politik untuk meraih simpati dengan cara mengunjungi tempat-tempat keramat, kuburan, paranormal dan melakukan ritual yang dianggap irasional.
Selain untuk menarik perhatian calon pemilih, kunjungan ke tempat-tempat keramat tersebut diyakini bakal mendongkrak perolehan suara atas bantuan secara tidak langsung dari para leluhur atau tokoh yang sudah meninggal.
Yasraf menuturkan secara tidak langsung calon pemimpin tersebut tidak percaya diri atas kemampuan yang ada dalam dirinya. Dalam politik, terdapat istilah rasionalitas politik yang mengacu pada ukuran dan kapasitas seseorang dinilai dari proses serta pendekatan yang rasional.
“Di sisi lain ada juga yang namanya irasional politik dalam pengertian para calon-calon tersebut menjalankan cara-cara yang disebut supranatural atau metafisika politik di luar batas-batas kemampuan akal,” katanya.