Bisnis.com, SHANGHAI - Industri energi ramah lingkungan China kuartal ini menghadapi rekor pembayaran utang tertinggi ketika sedang berusaha mempertahankan eksistensinya setelah salah satu perusahaan pembuat panel surya yang menerbitkan obligasi mengalami gagal bayar (default).
Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, perusahaan pembangkit listrik dari matahari, angin dan air harus membayar 10 kali lipat lebih banyak dari kuartal sebelumnya atau setara dengan US$4,2 miliar pada obligasi di pasar onshore dan offshore jatuh tempo 30 Juni 2014.
“Hal terburuk belum berakhir. Banyak perusahaan surya dan angin bergantung pada subsidi pemerintah asing atau domestik. Ada kemungkinan perusahaan lain dalam industri ini mengalami gagal bayar,” kata Shi Lei, Kepala Peneliti Pendapatan Tetap Ping An Securities Co. di Beijing, Jumat (4/4/2014).
Benchmark rata-rata imbal hasil dalam 5 tahun terakhir pada sekuritas dengan rating AA ini telah melonjak 171 basis poin pada tahun lalu menjadi 7,3%. Menurut indeks Bank of America Merrill Lynch, angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan 2,86% pada obligasi korporasi global.
Sementara itu, ketika China sedang mempercepat pengembangan teknologi nol emisi untuk mengatasi polusi yang sudah tidak dapat ditolerir lagi, pemerintah justru menahan diri untuk membantu Shanghai Chaori Solar Energy Science & Technology Co. dalam memenuhi kewajiban utangnya bulan lalu.
Di lain situasi, surat obligasi dari Baoding Tianwei Baobian Electric Co. ditangguhkan dari perdagangan pada bulan lalu setelah perusahaan pembuat sel surya ini melaporkan mengalami kerugian. Sementara itu, Sinovel Wind Group Co. mengatakan sahamnya mungkin akan delisting.
Sebelas dari 33 perusahaan energi alternatif milik publik memiliki rasio utang terhadap ekuitas lebih dari 100%. Hal ini meningkatkan kekhawatiran default dapat meluas, setelah Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan beberapa kegagalan perusahaan tidak dapat dihindari.