Bisnis.com, HONG KONG—Imbal hasil obligasi jangka pendek China merosot dengan cepat dalam 5 tahun karena spekulasi pelonggaran kebijakan moneter diyakini dapat memerangi serta mengendurkan kesulitan dan risiko ekonomi.
Menurut ChinaBond, Imbal hasil obligasi 2-tahun pemerintah pada kuartal ini anjlok 93 basis poin menjadi 3,41%. Ini merupakan penurunan terbesar sejak penurunan 214 basis poin dalam 3 bulan terakhir pada 2008, setelah Lehman Brothers Holdings Inc. runtuh.
“Penurunan imbal hasil jangka pendek didorong oleh meredanya ekspektasi dan pengurangan keseluruhan durasi oleh investor sembari menghindari risiko yang sedang berlangsung,” kata Wee-Khoon Chong, Kepala Strategi Suku Bunga Nomura di Singapura, Senin (31/3/2014).
Menurutnya, imbal hasil akan cenderung turun dan kurva obligasi lebih condong meninggi di dalam lingkungan pelonggaran kebijakan moneter.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, rata-rata imbal hasil pada surat utang mata uang lokal di pasar negara berkembang sejak 31 Desember turun lima basis poin menjadi 5,51%.
Peringatan yang diberikan oleh Perdana Menteri Li Keqiang pekan lalu, bahwa China tidak bisa mengabaikan bahaya meningkatnya tekanan pada perekonomian, telah mendorong spekulasi bahwa pemerintah akan mengeluarkan kebijakan untuk menstabilkan pertumbuhan.
Menurut Credit Suisse Group AG dan Nomura Holdings Inc. sebagai bagian dari langkah-langkah awal, bank sentral China (People’s Bank of China/PBoC) mungkin akan memotong persyaratan cadangan dana pemberi pinjaman untuk pertama kalinya sejak Mei 2012.