Bisnis.com, TOKYO—Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) pada pertengahan Mei akan membuat keputusan apakah pemberian stimulus lebih lanjut masih diperlukan untuk menjaga inflasi tetap berada di jalur target 2%.
Perekonomian diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 3,5% dalam 3 bulan yang dimulai dari April, ketika retribusi penjualan naik menjadi 8% dari 5%. Kenaikan pajak dilakukan untuk mengendalikan beban utang negara yang mendapat predikat utang terbesar di dunia.
“Jika BoJ memutuskan bahwa ekonomi akan jatuh dari garis yang diproyeksikan, maka mereka akan bertindak fleksibel serta tepat, dan pelonggaran lebih lanjut itu memungkinkan,” kata Etsuro Honda, Penasihat Perdana Menteri Shinzo Abe di Tokyo pada Selasa (25/3/014).
Honda meyakini BoJ akan segera bertindak jika harga berubah diluar dugaan. Ekonomi Jepang diyakini akan bertahan dari kenaikan pajak yang lebih tinggi, karena harapan inflasi yang mengakar dan akselerasi kenaikan harga adalah indikasi pertama yang akan muncul pada Mei 2014.
Menurutnya, terdapat ruang gerak yang cukup bagi BoJ untuk meningkatkan laju pembelian exchange traded fund yang dianggap sebagai stimulus yang lebih diperlukan.
Sementara itu, 38% ekonom yang disurvei oleh Bloomberg News pada bulan ini memperkirakan BoJ akan menambah kebijakan pelonggaran moneter pada akhir Juni dan sisanya meyakini pada September.
Setelah pernyataan Honda ini, yen melemah dan diperdagangkan pada 102,39 per dolar AS atau turun 0,1% pada Rabu (26/3/2014). Indeks saham Topix naik 0,9%, penguatan untuk hari ketiga setelah indeks kepercayaan konsumen AS naik ke level tertinggi dalam 6 tahun.