Bisnis.com, BEIJING - Industri manufaktur China melemah untuk bulan kelima secara berturut-turut, sehingga memperdalam kekhawatiran bahwa negara tidak akan mencapai target pertumbuhan 7,5% pada tahun ini.
Indeks manajer pembelian dari HSBC Holdings Plc dan Markit Economics turun menjadi 48,7 lebih rendah dibandingkan 48,5 pada Februari. Angka di atas 50 menandakan ekspansi.
“Mesin pertumbuhan tua telah kehilangan uap. Sementara, mesin baru dengan tenaga tambahan seperti membuka industri yang didominasi oleh perusahaan milik negara, jika tetap tidak dapat mengompensasi kerugian, maka diperlukan kekuatan ketiga yakni kekuatan kebijakan,” kata Kepala Ekonom BNP Paribas SA, Chen Xingdong di Beijing.
Saham China mengalami rebound dari kerugian awal atas spekulasi bahwa melemahnya pertumbuhan akan mendorong para pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan kembali keengganan mereka atas langkah-langkah pemberian stimulus yang lebih luas.
Para pemimpin sedang berusaha menciptakan keseimbangan dalam mengekang pertumbuhan kredit yang dapat memicu risiko buruk atas pinjaman, namun di saat yang sama sedang mencegah kemerosotan ekonomi yang dapat meningkatkan jumlah pengangguran menjadi lebih tinggi.
Benchmark saham China, Shanghai Composite Index turun 0,2% setelah laporan ini diumumkan kemudian mengalami rebound 0,5% pada Senin (24/3/2014) waktu setempat.
Laporan manufaktur yang dikenal dengan PMI (Purchasing Manager Index) Flash biasanya berdasarkan pada 85% hingga 90% tanggapan responden dalam survei yang dikirim kepada manajer pembelian dan produsen. PMI telah meningkat menjadi barometer bagi investor global dalam melihat ekonomi China.