Bisnis.com, SINGAPURA - Lama tidak muncul di media di Indonesia, J. Soedradjad Dwijandono sibuk mengajar dan melakukan penelitian di S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS) di Nanyang Technological University (NTU) Singapura.
Ditemui Bisnis di ruang kerjanya yang penuh dengan buku di salah satu sayap kampus, Mantan Gubernur BI era Presiden Soeharto itu terlihat sibuk dengan paper dan membalas email para mahasiswa.
“Banyak email masuk, dari para mahasiswa, saya membalas dulu. Saya kasih kelas, kasih seminar, menulis iya, riset iya, mengajar iya,” ujar Gubernur Bank Indonesia era 1993 – 1998 tersebut, Kamis (20/3/2014).
Di RSIS, Soedradjad mengajar mata kuliah krisis finansial dan ekonomi Indonesia. Hampir setiap hari kerja dihabiskannya di kampus yang terletak di bagian barat Singapura itu. Dia biasanya akan berada di kampus pada Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat.
Bidang penelitiannya yaitu terkait dengan ekonomi moneter, keuangan, dan bank, perdagangan internasional, serta pembangunan ekonomi Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.
“Saya mengajar di NTU sejak 2002. Saya ditawari. Dan ini [Singapura] dekat dengan Tanah Air,” katanya.
Namun demikian, dia mengaku pada 2008 perkuliahannya sempat terganggu pada saat harus menghadapi proses hukum terkait dengan dikeluarkannya kebijakan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) kepada industri perbankan ketika terjadi krisis Asia pada 1997-1998. Kasus BLBI, yaitu pemberian dana talangan oleh Bank Indonesia kepada perbankan, merupakan salah satu skandal korupsi terparah di Indonesia.
Selama sekitar 2 tahun, ia tidak boleh bepergian ke luar negeri sehingga dapat kembali ke NTU untuk mengajar. Akibatnya perkuliahannya dilimpahkan kepada orang lain.
“Baru pada 2010 saya kembali ke sini, mengajar. Saya di sini disuruh mengajar mata pelajaran yang betul-betul kesenangan saya, krisis finansial dan Indonesian economies. Menyenangkan bagi saya karena ini betul-betul meneruskan interest saya,” tuturnya.
Menurut dia, krisis finansial dan perekonomian Indonesia merupakan mata kuliah yang banyak diminati oleh para mahasiswa Rajaratnam School of Internasional Studies NTU. Mahasiswanya tidak hanya berasal dari Singapura, tetapi juga berbagai negara lain seperti negara-negara Asia Tenggara, China, hingga Kazaksthan.
“Orang tertarik pada masalah krisis. Karena itu kuliah ini biasanya banyak yang ikut. Dan akhir-akhir ini, mengenai ekonomi Indonesia, orang ingin tahu.”
Menurut Soedradjad, mengajar merupakan hal yang tidak pernah dilepaskannya bahkan ketika ia beberapa kali menjadi pejabat di zaman Pak Harto, seperti saat menjadi Kepala Badan Moneter dan Keuangan Bappenas (1972 - 1988), Asisten Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri (1984 – 1988), Menteri Muda Perdagangan (1988 – 1993), serta Gubernur BI (1993-1998).
“Kalau ada yang bilang saya kembali mengajar, tidak. Saya tidak pernah meninggalkan mengajar, bahkan saat jadi pejabat sekalipun. Setiap semester selalu dapat paket untuk mengajar. Sehingga bukan kembali mengajar, tapi meneruskan mengajar,” katanya.