Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Dunia: Perdagangan Logistik Negara Berkembang Menyulitkan

Bank Dunia melaporkan kesenjangan antara negara-negara pelaku perdagangan sektor logistik masih cukup besar, meskipun telah terjadi perlambatan konvergensi sejak 2007.

Bisnis.com, JAKARTA  — Bank Dunia melaporkan kesenjangan antara negara-negara pelaku perdagangan sektor logistik masih cukup besar, meskipun telah terjadi perlambatan konvergensi sejak 2007.

Kesenjangan pelaku perdagangan logistik akibat mekanisme yang kompleks pada reformasi dan investasi di negara-negara berkembang. Seluruh pihak mengakui bahwa kesulitan pada arus suplai adalah penghalang utama pada integrasi perdagangan di dunia modern.

“Indeks kinerja logistik (logistic performance index/LPI) sedang mencoba untuk menangkap realitas yang agak rumit pada pertalian rantai pasokan,” kata Jean-Francois Arvis, Senior Transportasi Economist dalam siaran resmi Bank Dunia pada Rabu (19/3/2014).

Menurutnya, kelancaran pengiriman barang belum tentu didapatkan pada negara-negara yang memiliki biaya logistik tinggi, sering kali sulitnya arus suplai mengakibatkan kenaikan harga.

Dalam laporan ini, Bank Dunia melakukan pemeringkatan dari 160 negara pada dimensi pelaku perdagangan—termasuk kinerja kepabeanan, kualitas infrastruktur dan ketepatan waktu pengiriman—yang semakin diakui menjadi bagian penting pada pembangunan.

Data yang didapatkan dari survei kepada 6.000 pelaku perdagangan logistik professional menempatkan Jerman dengan poin 4,12 sebagai negara dengan kinerja logistik terbaik di dunia dan Somalia dengan nilai 1,77 menjadi negara berkinerja terburuk di dunia.

Untuk 10 posisi teratas setelah Jerman, mayoritas didominasi oleh negara-negara maju dunia seperti Belanda dengan 4,05 poin, Belgia 4,04, Inggris 4,01, Singapura 4,00, Swedia 3,96, Norwegia 3,96, Luksemburg 3,95, Amerika Serikat 3,92 dan Jepang dengan 3,91 poin.

Sementara itu, di antara negara-negara berpenghasilan rendah yang menunjukkan kinerja tinggi adalah Malawi, Kenya dan Rwanda. Secara umum, tren perkembangan perdagangan logistik telah meningkat dan performa negara-negara berpenghasilan rendah tumbuh lebih cepat dari negara maju.

Skor LPI didapat dari pemecahan empat kategori yakni performa kinerja logistik tidak bersahabat, performa parsial, pemain yang konsisten dan kinerja logistik yang ramah.

Dalam laporan berkala 2 tahunan ini, Indonesia menempati peringkat ke-53 dengan mendapatkan poin 3,08 sama seperti Bahrai dan India. Kualitas arus logistik Indonesia masih tertinggal dengan negara Asean lainnya seperti Malaysia yang menempati posisi 25, Thailand 35, dan Vietnam di urutan 48.

Menurut Siim Kallas, Wakil Presiden Komisi Eropa dan Komisioner Transportasi Eropa, penguatan arus logistik bergantung pada keterkaitan rantai suplai dan perkiraan jasa pengiriman bagi produsen dan eksportir.

“Logistik adalah jantung pertumbuhan bagi pasar tunggal Eropa, dan sebagai pusat aktivitas kehidupan perusahaan dan masyarakat,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper