Bisnis.com, JAKARTA — Menyambut agenda Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), pemerintah Malaysia melalui Iskandar Regional Development Authority (IRDA) gencarkan promosi investasi di kawasan ekonomi khusus.
IRDA yang mengelola kawasan ekonomi khusus dengan sebutan Iskandar Malaysia di daerah Johor Bahru, membuka seluruh sektor bisnis potensial bagi investor asing yang akan berinvestasi di kawasan ini.
“Di Iskandar Malaysia kami buka 100% untuk para investor yang akan mendirikan usaha di kawasan ini. Tidak ada batasan kepemiliki bagi asing, dan regulasi bagi pekerja asing sama seperti pekerja dalam negeri,” kata Datuk Ismail Ibrahim, Chief Executive IRDA di Jakarta pada Kamis (13/3/2014).
Menurut Ibrahim, program kawasan ekonomi khusus Iskandar Malaysia yang dimulai pada 2006, saat ini terus menunjukkan pergerakan yang positif. Nilai investasi pada 2006 yang tercatat hanya 11,3 miliar ringgit, dan menurut data Januari 2014 melonjak hingga 133,07 miliar ringgit.
Kawasan Iskandar Malaysia yang dinilai berada di zona strategis, berdekatan dengan Singapura dan kota-kota besar Malaysia lainnya menurut Ibrahim menjadi daya tarik bagi investor asing untuk mendirikan usaha di kawasan ini.
Sektor-sektor potensial yang dibuka oleh IRDA terbagi dalam dua jenis, pertama, manufaktur terdiri atas barang elektronik, minyak & gas, farmasi dan pengolahan makanan. Sementara jenis kedua, pada sektor jasa terdiri dari jasa keuangan, pariwisata, pendidikan, logistik, kesehatan dan kreatif.
Dari seluruh nilai investasi asing di Iskandar Malaysia, investor asal Uni Eropa tercatat memiliki andil 40%, selanjutnya investor asal kawasan Asia Pacific 40%, Timur Tengah 12% dan negara lainnya 8%. Investor Indonesia sendiri menurut Ibrahim tercatat berinvestasi senilai 800 juta ringgit Malaysia.
Menurut Ibrahim, properti yang pada dasarnya tidak menjadi sektor unggulan, justru menjadi pilihan utama bagi pengembang asal China. Pengembang asal negeri tirai bambu dinilai kemampuan mengambil peluang yang relatif lebih cepat dibandingkan investor lainnya.